Ayam Kapas
Pada umumnya, ayam hias sedikit lebih sulit diternakkan ketimbang ayam konsumsi. Tapi, hal ini tidak terjadi pada Ayam Kapas yang memiliki sifat hampir seperti ayam kampung. Dalam arti, tahan penyakit, mudah beradaptasi, dan perawatannya gampang. Sehingga, pecinta ayam hias pun meminatinya dan para peternaknya kebanjiran permintaan
[su_pullquote]Dibandingkan ayam-ayam hias lain, Ayam Kapas lebih mudah dipelihara, cepat beradaptasi dengan lingkungan, dan umumnya tahan terhadap penyakit tertentu. Sementara sebagai bisnis, modalnya bisa disesuaikan dengan kantong[/su_pullquote]
e-preneur.co. Dibandingkan ayam-ayam hias lain, Ayam Kapas mempunyai lebih banyak keunikan. Misalnya, dilihat dari bulunya. Bulu-bulu pada Ayam Kapas yang mayoritas berwarna putih itu (meski saat ini juga berkembang warna gold, hitam, dan lain-lain, red.) tidak memiliki folikel. Sehingga, tidak melekat satu sama lain.
Dilihat dari cakarnya, ayam ini mempunyai lima cakar. Sedangkan ayam-ayam lain memiliki empat cakar. Selain itu, Ayam Kapas memiliki banyak pial atau jengger dan bergerigi, yang membentuk mirip bunga mawar.
Imbasnya, peternak Ayam Kapas pun kebanjiran permintaan. Salah satunya, Nunung Setyawan. Menurutnya, Ayam Kapas mirip dengan ayam kampung. Dalam arti, mudah dipelihara, cepat beradaptasi dengan lingkungan, dan umumnya tahan terhadap penyakit tertentu, serta modalnya bisa disesuaikan dengan kantong.
Untuk itu, agar dapat memenuhi pesanan yang sangat banyak dan semua konsumen kebagian, maka peternak dari Yogyakarta ini menyediakan Ayam Kapas dari telur hingga indukannya.
“Di peternakan, saya juga menjual telur Ayam Kapas. Saya menjamin kalau telur-telur itu telur di hari pertama atau telur fertile,” ujar Nunung. Telur-telur tersebut banyak dipesan oleh konsumen dari luar Jawa, yang lalu menetaskannya sendiri menggunakan mesin tetas.
Penjualan telur ini, ia melanjutkan, juga untuk meminimalkan masalah kematian anakan Ayam Kapas selama proses pengiriman ke luar Jawa. Untuk itu, Nunung selalu menjaga mutu telur yang dikirimkan, di samping menjamin telur itu tidak kopyor atau rusak dan pecah. “Telur-telur yang kami tetas atau kirimkan berasal dari indukan-indukan terbaik yang bebas dari penyakit,” ungkapnya.
Dalam menternakkan Ayam Kapas, Nunung menggunakan sistem koloni. Untuk itu, satu pejantan dicampurkan dengan 3−5 betina. Sementara agar terhindar dari penyakit, ia selalu menjaga kebersihan kandang, serta selalu memberikan pakan dan nutrisi. Ayam Kapas betina yang dipelihara dengan baik akan bertelur setiap hari, yang bila dijumlahkan rata-rata sebanyak 170 butir/tahun/ekor.
Tidak mengherankan bila dalam pemasarannya tidak ada kesulitan. Nunung menjual ayam yang berbadan sedikit lebih kecil dari ayam kampung, serta memiliki gerakan gesit, lincah, dan anggun ini di peternakannya yang berlokasi di Donoharjo, Sleman, Yogyakarta. Sementara untuk menjangkau konsumen dari luar Jawa, ia membuat website (www.jualayamhias.com). “Melalui online, saya bisa menembus hingga Kalimantan, Sumatera, Bali, dan Sulawesi,” ucapnya.
Nunug menggunakan pesawat terbang untuk pengiriman ke luar Jawa. Ia meyakinkan, hanya dibutuhkan waktu sehari dalam pengiriman tersebut. Sementara untuk tempat-tempat terpencil, ia juga bisa memenuhi permintaan selama di tempat-tempat itu terdapat jaringan jualayamhias.com.
Untuk harga, sangat tergantung dari jenis dan usia Ayam Kapas. “Harga seekor Ayam Kapas umur 1−3 bulan sekitar Rp75.000,- hingga Rp130.000,-. Sementara harga Ayam Kapas betina yang siap bertelur kurang lebih Rp270.000,-,” pungkas Nunung, yang juga menjual Ayam Kapas hitam, gold, dan blasteran.