Home / Liputan Utama / Memanfaatkan Limbah Tak Terduga Menjadi Produk Bernilai Jual Tinggi

Memanfaatkan Limbah Tak Terduga Menjadi Produk Bernilai Jual Tinggi

Ecopreneur

 

e-preneur.co. Sebuah ayat dalam Al-Qur’an menyatakan bahwa semua yang ada di dunia ini diciptakan Allah diperuntukkan bagi manusia yang berpikir, bersyukur, dan berdzikir. Singkat kata, segala sesuatu yang ada di muka bumi ini pasti ada gunanya. Termasuk, sampah atau limbah.

Dan, memang, hanya mereka yang mau berpikir yang mampu mengolah sampah atau limbah itu, menjadi produk bernilai jual terbilang tinggi dan diminati masyarakat mancanegara. Sebut saja, Beike Van Den Broek dan Karen Isdaryono.

Melalui Dyrt Design, mereka memanfaatkan berbagai billboard yang sudah habis masa “tayangnya”, dengan menjadikannya berbagai produk yang trendi dan fashionable. Seperti, aneka macam tas, peralatan rumah tangga, dompet, clutch, map, folder, notebook, dan lain-lain.

Dyrt Design membagi hasil produksinya menjadi 60% untuk memenuhi pesanan dan 40% untuk pembelian langsung. Di samping itu, juga membagi produksinya menjadi 20% untuk ekspor, 30% untuk memenuhi pesanan atau pembelian beberapa perusahaan di Indonesia, dan 50% untuk orang-orang yang membeli melalui toko mereka.

“Kami juga mengeskpor produk-produk kami ke Belanda, Hong Kong, Inggris, Australia, dan Jepang. Di samping itu, kami juga menerima pesanan dari beberapa negara di Eropa dan beberapa perusahaan besar di Indonesia,” kata Beike Van Den Broek.

Sementara Sancaya Rini melalui Creative Kanawida, sebuah usaha tenunan dengan serat dan pewarna alam, mengolah apa pun yang tersedia di alam ini menjadi pewarna kain alami. Seperti, daun dan kulit mangga, serta kulit, daun, dan biji rambutan, kulit manggis, kulit jengkol, akar-akaran, kulit pohon mahoni, alang-alang, kecapi, dan sebagainya.

Masing-masing bahan baku dari alam ini memiliki keunikan yaitu tidak hanya mengeluarkan satu warna, tapi banyak warna. Tergantung, pada penguatan warna (fiksasi). Contoh, daun mangga dapat menghasilkan warna kuning, cokelat, dan hijau. Sedangkan kulit rambutan mampu menghasilkan warna cokelat.

Selanjutnya, kain-kain yang telah mengalami pewarnaan dengan pewarna kain dari bahan alam tersebut, dibentuk menjadi kap lampu, sarung bantal, tirai, selendang, pakaian, kain panjang, syal, kerudung, cover bed, dan lain-lain. “Produk-produk ini, saya titipkan ke beberapa galeri di Kemang. Saya juga menerima pesanan dari Jerman dan Jepang, yang dipesan melalui website saya,” ujar Sancaya Rini.

Bahkan, limbah rumah tangga pun dapat dimanfaatkan. Seperti, Wahyuning Widowati yang memanfaatkan bekas kotak susu Pasteurisasi menjadi suvenir dalam bentuk celengan dan kotak serbaguna.

Celengan Ken, demikian namanya, dapat dipesan melalui twitter, google, facebook, atau website-nya. Atau, datang langsung ke OmahKenKen. “Bila berbicara tentang prospeknya, so far bagus. Kalau mau menekuninya, selalu ada jalan. Apalagi, secara bahan baku tidak ada masalah,” ucap Wahyuning Widowati.

Sedangkan Angelia Florensia yang tertarik dengan dunia aksesori, memanfaatkan sample wallpaper yang sudah tidak digunakan, yang notabene memiliki corak warna sangat menarik dan jarang ada pada bahan kain, menjadi produk layak pakai. Di antaranya, cover album, kalung, anting-anting, dan origami.

Hal ini, sesuai dengan niat pemilik usaha bernama Paperleased ini untuk mengusung sistem daur ulang dalam karyanya. “Sebab, dengan digunakannya bahan limbah, ongkos produksi bisa ditekan, mengurangi jumlah sampah, dan membuat limbah menjadi benda yang lebih berharga,” ungkap Angelia Florensia, yang memasarkan hasil karya melalui berbagai bazar dan pameran.

Nah, tidakkah Anda terinspirasi oleh apa yang telah mereka lakukan? Sehingga, pada akhirnya, bisa ikut memperoleh rezeki dari barang-barang yang dibuang sayang ini.

 

Check Also

Sukses Membangun Kerajaan Bisnis dengan Telaten Merangkai Jaringan

Onny Hendro Adhiaksono (PT Trimatra Group) Dalam bisnis, selain modal, jaringan dan skill mempunyai peran …