Dodol Mpok Mamas
Betawi, dikenal memiliki berbagai makanan yang mampu membuat lidah bergoyang. Tapi, sayang, beberapa di antaranya hanya dapat dijumpai dalam momen-momen tertentu. Dodol, misalnya, yang ramai dijual menjelang lebaran. Namun, tidak demikian halnya dengan dodol buatan Mpok Mamas yang dapat dijumpai sepanjang waktu. Imbasnya, Dodol Mpok Mamas menjadi buruan dari rakyat jelata, artis, hingga pejabat
[su_pullquote]Kata orang-orang, rasa Dodol Mpok Mamas tidak ada duanya[/su_pullquote]
e-preneur.co. Kebudayaan Betawi sudah banyak orang yang mengenalnya, baik itu tarian maupun musiknya. Seperti, Tari Topeng dan Musik Tanjidor. Sementara untuk makanannya, di antaranya Soto Betawi, dodol, wajik, dan geplak. Khusus untuk dodol, hanya dapat dijumpai menjelang lebaran.
Namun, tidak dengan dodol buatan Mpok Mamas yang sudah ada sejak tahun 1985. Dodol yang dilanggani para artis dan pejabat itu, tersedia juga pada hari-hari biasa.
Lalu, apa keunggulan dodol ini? Dodol Mpok Mamas, demikian sebutannya, pertama, tersedia dalam dua bentuk yaitu bentuk gulungan yang dibanderol dengan harga sekitar Rp20 ribu dan yang menggunakan tempat (besek, red.) yang dihargai kurang lebih Rp60 ribu. Kedua, makanan berasa sangat manis ini bisa bertahan kira-kira 10 hari dalam suhu kamar. Tapi, kalau disimpan dalam kulkas, bisa tahan sampai berbulan-bulan.
Karena itu, tidak mengherankan bila dodol buatan perempuan yang memiliki nama panjang Masitho tersebut sudah sampai ke Kalimantan, Riau, Padang, hingga Saudi Arabia. Kebanyakan dari mereka, membeli saat berkunjung ke Jakarta.
“Dodol saya sudah ke mana-mana. Bahkan, sampai ke Saudi Arabia. Mereka membawanya untuk saudara-saudara mereka yang tinggal di sana. Jadi, orang di sana kalau minta oleh-oleh dari Indonesia, yang diminta dodol buatan saya,” kata Mpok Mamas, yang membuka usaha di rumahnya yang terletak di kawasan Condet, Jakarta Timur.
Tapi, Mpok Mamas yang sekarang juga membuat dodol rasa duren dan ketan hitam, tidak melayani jasa delivery. “Datang saja langsung ke rumah saya kalau mau membeli,” tambahnya.
Merunut ke belakang, pada tahun 1980, Mpok Mamas hanya menjual dodol buatan mertuanya. Setelah beberapa tahun berjualan, ia mempunyai banyak pelanggan. Lalu, ia meminta mertuanya untuk mengajarkan bagaimana caranya membuat dodol sendiri dengan resep yang sama.
Dengan meminjam satu kuali dan satu pegawai mertuanya untuk membantunya, pada tahun 1985, Mpok Mamas pun berjualan dodol buatannya sendiri. Dengan pelanggan yang telah “dikumpulkannya” saat menjualkan dodol buatan mertuanya, tak pelak penjualan dodolnya semakin lama semakin meningkat hingga sekarang.
“Awalnya hanya membuat dodol satu kuali. Lalu, dua kuali. Mendekati lebaran, saya memberanikan diri membuat sampai 50 kuali. Tahun berikutnya, 100 kuali. Selanjutnya, setiap tahun bertambah 50 kuali. Alhamdulillah selalu habis terjual,” tutur Mpok Mamas, yang bersama sang suami, membangun usaha ini dengan modal Rp300 ribu.
Sekarang, Nenek beberapa cucu ini sudah mempunyai beberapa pegawai dengan tugas sendiri-sendiri, mulai dari menepung beras hingga mengaduk dodol. Tapi, terkadang, ia masih turun langsung untuk mengaduk dodol.
Dan, Mpok Mamas pun sudah menurunkan resep dodol buatannya kepada anak-anaknya. “Semua anak saya bisa membuat dodol dan mereka sangat antusias belajar menjalankan usaha ini,” kata Ibu dari enam anak itu.
Mpok Mamas juga berencana membuka cabang di Pondok Gede, Bekasi, dan salah satu anaknya yang akan menjalankan usaha ini. “Ia sudah sering berjualan di sini (Condet, red.). Jadi, kalau nanti dilepas sudah bisa,” pungkas Mpok Mamas, yang hanya sedikit menaikkan harga dodolnya jika harga bahan-bahan untuk membuat dodol sedang naik.