Home / Senggang / LifeStyle / Merekam Jejak Perjalanan Cinta Pasangan Calon Pengantin

Merekam Jejak Perjalanan Cinta Pasangan Calon Pengantin

Animasi Wedding

 

Dokumentasi pra nikah bukan lagi sekadar merekam jejak perjalanan cinta pasangan calon pengantin, melainkan telah menjadi bagian dari life style. Selain itu, di sana juga telah terjadi perkembangan pesat dari yang semula hanya sebatas foto atau video syuting sampai kini merambah ke dunia animasi

 

[su_pullquote]Tingkat kemiripan wajah dengan aslinya sampai 85%[/su_pullquote]

 e-preneur.co. Seperti sudah menjadi kebutuhan wajib, hampir setiap pasangan calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan selalu mengabadikan kebersamaan mereka dalam sebuah dokumentasi. Selain sebagai kenang-kenangan yang merekam kisah romantis,  dokumentasi pra nikah atau sering disebut pre-wedding tersebut kini juga sudah menjadi bagian dari gaya hidup.

Karena itu, tidak aneh rasanya jika beberapa pasangan calon pengantin justru lebih mempersiapkan dokumentasi itu secara serius dan matang. Hingga, cenderung memilih jenis dokumentasi yang unik dan jarang dipakai pasangan calon pengantin yang lain.

Di sisi lain, kini dokumentasi pre-wedding tidak lagi sebatas foto atau video syuting, tapi juga merambah dunia animasi. Atau, yang mempunyai nama keren animasi wedding.

Selama ini, animasi lebih dikenal melalui berbagai film atau iklan produk. Namun, berkat kepiawaian Stevie Klause, animasi pun bisa dibuat untuk dokumentasi pra nikah. Stevie mendapat inspirasi membuat animasi wedding ini, saat seorang temannya meminta dibuatkan dokumentasi pra nikah tapi dalam format kartun.

Mengingat Stevie ahli menggambar, ia menyetujui permintaan tersebut. Tidak disangka, hasilnya cukup memuaskan dan membawanya menuju bisnis baru yang belum pernah ia tekuni.

Ternyata, terjun ke dunia animasi memang impian pria yang berlatar belakang pendidikan animasi di sebuah universitas ternama di Australia ini. Tapi, untuk sampai membuka  peluang bisnis di bidang wedding tentu jauh dari bayangannya.

Stevie menyadari betul bisnis wedding sudah terlalu sesak pemainnya. Bahkan, persaingannya boleh dibilang tidak lagi bersahabat. Namun, pria yang melabeli bisnisnya Yeiy! Animation ini tetap optimis.

Menurutnya, selama ia fokus berada di jalur animasi sesuai keahliannya, tentu ia akan memiliki segmen pasar sendiri. Tanpa harus bersaing sampai berdarah-darah dengan kompetitornya.

“Kalau untuk animasi, saya rasa belum banyak. Setahu saya, untuk animasi wedding yang baru ditekuni secara serius baru saya dan satu lagi kompetitor asal Surabaya,” kisahnya.

Karena, membuat animasi juga tidak semudah yang diperkirakan. Bahkan, membutuhkan pendidikan khusus. Untuk itu, Stevie merasa cukup “aman”.

“Jenis animasi yang saya buat sudah sampai pada model 3D. Sementara kompetitor saya baru pada tahap membuat animasi 2D,” lanjutnya, sedikit jumawa dengan keahliannya yang satu langkah di depan kompetitornya.

Animasi wedding itu sendiri, lebih unggul dari segi penghematan biaya dan waktu. Jika perbandingan yang dipakai berupa video syuting, maka proses pra produksi sampai pasca produksi video syuting justru akan memakan banyak waktu dari tokoh yang terlibat dalam cerita. Sedangkan animasi wedding, tidak sedikit pun menyita waktu dari tokoh utamanya (calon pengantin, red).

“Calon pengantin hanya tinggal membawa contoh-contoh foto, berikut cerita yang akan dibuat animasinya. Biasanya, di situ saya juga akan meminta kebiasaan sehari-hari masing-masing calon pengantin agar alur cerita terlihat lebih detil dan nyata. Gambar wajahnya sendiri nanti tingkat kemiripannya 85%,” paparnya.

Jika bahan cerita atau kisah nyata dari calon pasangan pengantin kurang menarik, Stevie akan membantu membuat alur cerita yang lebih menarik. Dari alur cerita itulah, mulai mengalir proses pembuatan animasinya.

 Namun, untuk dibuatkan gambar animasi, pelanggan harus masuk dalam waiting list. Sebab, tidak mudah. Sebagai gambaran, dalam durasi satu detik saja dibutuhkan 25 frame gambar. Jika total durasi sekitar empat menit atau 240 detik, misalnya, setidaknya dibutuhkan enam ribu gambar.

“Animasi dengan konsep paling sederhana saja, maksimal satu setengah bulan pengerjaannya. Jadi, tidak mungkin mengerjakan terlalu banyak,” ujar Stevie, yang dibantu empat tenaga animator tetap (dan kadangkala juga dibantu dengan tenaga freelance).

Demikian sulit membuat gambar animasi, tentu tarif yang dikenakan tidaklah murah. Apalagi, jika berbicara hasil karya. Untuk itu, Stevie yang membangun usahanya di Jalan H. Sa’aman, Kota Bambu Selatan, Jakarta Barat, ini mematok animasi wedding-nya tergantung tingkat kerumitan konsepnya.

Check Also

Ketika Para Perantau Kangen dengan Kampung Halamannya

Bubur Samin Bubur Samin bukanlah makanan tradisional Solo, tapi menjadi menu takjil yang ikonik di …