Pingu’s English
Di segmen anak-anak, belakangan muncul kursus Bahasa Inggris yang menggunakan karakter serial animasi Pingu dalam pengajarannya. Karena berbagai keunggulannya, animo pun bermuncul dari orang tua atau siswanya. Hingga, akhirnya dibukalah kemitraan
[su_pullquote]Beragam aksi Pingu membuat belajar berbahasa Inggris sangatlah gampang bagi anak-anak[/su_pullquote]
e-preneur.co. Seperti usaha kuliner yang kian menjamur, usaha kursus Bahasa Inggris juga berkembang dengan pesat. Salah satu alasannya, bahasa internasional itu telah menjadi sebuah kebutuhan.
Di sisi lain, ibarat dokter umum, semua tempat kursus terbuka bagi semua kalangan. Termasuk, kelas tambahan untuk anak-anak. Sementara anak-anak, terlepas dari apakah mereka menyukainya atau tidak, yang jelas mereka lebih suka bermain daripada disuruh belajar.
Dengan dunia yang masih penuh dengan fantasi, keceriaan, dan kreativitas, anak-anak sangat menyukai gambar, sketsa, kartun atau komik. Sehingga, tidak mengherankan kala Otmar Guttmann dan Harold Muecke menciptakan karakter animasi Pingu (pinguin kecil yang jahil dan menyenangkan, red.) pada tahun 1984, serial televisi ini menjadi favorit anak-anak di lebih dari 155 negara di dunia. Termasuk, Indonesia.
Dalam perkembangannya, nama dan karakter Pingu itu jugalah yang membuat Pingu’s English diburu anak-anak. Sekolah milik Lingua Group (organisasi pendidikan di Inggris yang telah berusia 109 tahun, red.) ini, kini ada di Indonesia dengan PT Impact Teaching Center selaku master license-nya.
Dalam waktu singkat, setelah diluncurkan tahun 2009, Pingu’s English telah memiliki tiga gerai milik mitra dan satu gerai milik sendiri. “Tapi, semuanya masih di wilayah Jakarta,” ujar Jenny Lee, Chief Operating Officer Pingu’s English. Dalam perkembangannya, Pingu’s English juga dapat dijumpai di Riau (Pekanbaru, Tanjung Pinang), Tangerang (Gading Serpong, Bintaro), Cibubur, Malang, dan Yogyakarta.
Lantas, bagaimana aksi Pingu dalam sekolah ini? Yang pasti, anak-anak tidak disuruh berpenampilan seperti Pingu, tapi karakter yang lucu ini hadir pada label dan desain ruangannya. Demikian pula, dengan alat-alat peraga hingga video-nya.
Menurut Jenny, dibandingkan tokoh kartun lain, Pingu memang sangat cocok untuk edukasi. “Kalau tokoh kartun lain, bila terjadi adegan jatuh, misalnya, lalu menjadi gepeng bisa hidup lagi dan tidak merasa sakit sedikit pun. Itu kan heboh bagi anak-anak. Tapi, Pingu justru sebaliknya. Seperti manusia, bila jatuh ia menangis,” katanya.
Beragam aksi Pingu, ia menambahkan, baik yang lucu, jahil, sedih, dan sebagainya merupakan bahan yang menarik perhatian anak, merangsangnya untuk belajar baik mendengar, melihat, maupun membaca. Sehingga, berikutnya belajar berbahasa Inggris sangatlah gampang.
Berkaitan dengan itu, semua materi pembelajarannya berorientasi pada animasi karakter ini. “Kami menayangkan film-film Pingu sesuai dengan pelajaran yang berkaitan pada waktu itu,” ucapnya.
Selanjutnya, ada aktivitas yang berkaitan dengan aktivitas Pingu, lagu-lagu, serta percakapannya. Seperti, percakapan yang selalu menggunakan kata Pingu. Misalnya, untuk keterangan tempat “where is Pingu” berikut jawabannya dan sebagainya.
Sementara suasana tempat kursus dibuat senyaman mungkin, seperti sebuah taman fantasi. “Sehingga, anak tidak merasa sedang di tempat kursus,” ujarnya.
Di sini diterapkan delapan tipe pembelajaran. Contoh, ada satu sesi pembelajaran yang harus memisahkan anak yang aktif dan diam. Yang aktif harus diberikan pelajaran sambil bermain, yang diam sambil membaca atau menyanyi.
“Itulah sebabnya, guru-guru kami harus fresh dan energik, serta harus memahami psikologi anak, selain Bahasa Inggris tentunya,” lanjutnya.
Menariknya, sambil belajar baik dengan bermain, bernyanyi, dan sebagainya, anak-anak tanpa disadari sedang dinilai perkembangannya. Semuanya bisa terealisasi dengan sistem otomatisasi online, yang juga bisa dipantau oleh orang tua mereka.
Tempat kursus yang hanya diperuntukkan bagi anak-anak usia dini−7 tahun itu, terdiri dari tiga level. Per level memakan waktu belajar 72 jam. “Untuk yang baru berumur dua tahun hanya belajar bersosialisasi, disempurnakan sistem motoriknya, bermain sambil belajar juga, tapi dalam Bahasa Inggris,” jelasnya.
Pingu’s English, ia melanjutkan, juga memberikan yang plus-plus. Seperti, pengembangan pribadi, sosial, dan emosional. Selain itu, juga pengetahuan dan pemahaman tentang dunia, pengembangan eskpresif dan gerakan, serta pengembangan fisik dan gerakan.
“Bahkan, anak yang sudah melewati level 3, sudah bisa mengikuti tes internasional Bahasa Inggris untuk anak-anak atau Cambridge Young Learners English Test,” imbuhnya.
Alhasil, animo pun muncul dari orang tua atau siswanya sendiri. Karena, dari sisi bisnis, hal itu tentu cukup memberi gambaran bahwa prospeknya cukup cerah.
“Untuk memperoleh lisensinya, mitra harus mengeluarkan investasi sekitar Rp 250 juta,” katanya. Sementara, jangka waktu kerja sama selama tujuh tahun dengan royalty fee 8% dari gross revenue. “Di luar investasi lisensi itu, total keseluruhan investasi bisa menembus angka Rp1 miliar atau lebih,” lanjutnya.
Sementara perkiraan keuntungan yang akan diperoleh mitra, tidak bisa perhitungkan secara detil. “Tapi, berdasarkan pengalaman mitra kami di Bintaro, belum setahun sudah balik modal,” katanya. Dengan demikian, perkiraan kasarnya, balik modal bisa dicapai dalam tempo 12−18 bulan.
Kemudahan pun diberikan kepada para mitranya. “Konsultasi akan diberikan kepada mitra mulai dari pre-opening, opening, hingga post-opening, yang dibantu penuh oleh tim pengembangan bisnis Pingu’s English,” pungkasnya.
Selain itu, pelayanan juga diberikan saat mulai survei, implementasi sistem pembelajaran dan sistem operasional, training intensif hingga evaluasi bisnis mingguan. Tertarik? Klik saja www.pinguenglish.co.id.