Home / Waralaba / Kemintraan Auto Pilot

Kemintraan Auto Pilot

Waroeng Sambel Boombu Hot

 

Dengan mengusung konsep unik, dalam tempo empat bulan, Waroeng Sambel Boombu Hot mampu membukukan omset Rp150 juta/bulan dan terus melonjak hingga saat ini. Dengan prospek yang menjanjikan tersebut, rumah makan dari Tegal ini pun menawarkan kerja sama melalui kemitraan

 

[su_pullquote]Waroeng Sambel Boombu Hot menjanjikan balik modal dalam jangka waktu 6−11 bulan[/su_pullquote]

e-preneur.co. Usaha dalam bidang kuliner masih menyimpan potensi sangat besar. Hal ini, terlihat dari dipenuhinya hampir berbagai sudut kota dengan tempat jajan sederhana hingga restoran kelas atas. Meski, tidak sedikit yang gulung tikar. Lantaran, tidak sanggup bertahan dari kerasnya persaingan.

Kondisi ini, membuat sebagian pengusaha pemula tidak berani membangun usaha sejenis dari nol. Mereka cenderung mencari mitra pengusaha yang sudah terbukti sukses menjalankan bisnisnya, baik itu dengan pola franchise, business opportunity, maupun partnership (kemitraan). Kendati, tidak semua usaha dengan pola-pola kerja sama ini terbukti menguntungkan.

Untuk itu, solusinya yaitu bermitralah dengan pemilik usaha yang jumlah pengunjung ke gerai usahanya terus meningkat. Seperti, Waroeng Sambel Boombu Hot (Waroeng SBH), yang berlokasi di Jalan Sultan Agung, Tegal, Jawa Tengah. “Pada awal berdiri (Oktober 2010), jumlah pengunjung Waroeng SBH rata-rata 200 orang/hari. Selanjutnya, bertambah mencapai 400−500 pengunjung/hari,” ucap Aji Priyono, pemilik Waroeng SBH.

Ketertarikan Masyarakat Tegal untuk datang ke Waroeng SBH, Aji melanjutkan, tidak terlepas dari keunikan yang ditawarkan. Sebut saja, kondisi nyaman. Mengingat, rumah makan semi permanen bermaterial dominan bambu ini mengusung konsep ruangan terbuka. Sehingga, memungkinkan pengunjung untuk duduk lesehan atau di kursi.

“Keunikan lainnya ada pada kata ‘hot’, yang mencerminkan pilihan sambel kami yang begitu banyak (22 jenis sambel), selain 15 macam lauk pauk, 5 macam sayur, dan 15 macam minuman,” lanjut kelahiran Tegal tahun 1986 ini.

Imbasnya, tempat makan yang berdiri di atas lahan seluas 1.000 m² ini dari hari ke hari semakin meningkat omsetnya. Pada bulan pertama berdiri, sudah mengantongi Rp1,3 juta/hari, bulan kedua (Rp2,5 juta/hari), bulan ketiga (Rp3,4 juta/hari), lalu bertengger di atas Rp5 juta, dan selanjutnya terus merangkak naik pada bulan-bulan berikutnya hingga saat ini.

Dan, modal Rp250 juta yang diinvestasikan Aji pun balik pada bulan kedelapan. “Karena itu, saya optimis bisnis ini masih menyimpan prospek yang sangat besar, bukan hanya di Tegal, melainkan juga di seluruh Indonesia. Karena, kami nyaris belum memiliki pesaing,” ujarnya.

Untuk itu, ia membuka peluang kerja sama kepada siapa pun yang berminat membuka Waroeng SBH di seluruh Indonesia. Ia mensyaratkan setidak-tidaknya memiliki sebidang tanah kosong. “Kita bangun semi permanen dengan material kayu, mirip seperti saung, dan ruangannya terbuka seperti gerai yang ada di Tegal,” katanya.

Selain bisa menarik pengunjung per orangan, ia menambahkan, dengan konsep seperti itu, Waroeng SBH juga bisa digunakan sebagai tempat untuk menyelenggarakan berbagai acara besar. “Seperti, yang pernah terjadi saat kami baru beroperasi selama tujuh bulan. Kami telah memiliki banyak pelanggan, serta sukses menyelenggarakan berbagai acara besar dan rutin. Di antaranya, resepsi pernikahan, pertemuan Ibu-ibu Bank Jateng se-Karesidenan Pekalongan, rapat-rapat berbagai instansi pemerintah maupun swasta, dan lain-lainnya. Selain itu, juga telah menjalin kerja sama saling menguntungkan dengan berbagai pihak,” tuturnya.

Untuk itu, Waroeng SBH telah menyiapkan sistem yang telah teruji untuk memudahkan mitra dalam menjalankan bisnis ini. “Sehingga, owner atau mitra bisa auto pilot atau dalam menjalankan bisnis tidak perlu menunggu atau memantau secara langsung setiap hari. Dengan kata lain, bisnis bisa jalan, owner bisa jalan-jalan,” kata suami Elva Ahoiri Amalia ini.

Namun, diakuinya, tidak semua kota di Indonesia bisa menerapkan konsep semi permanen di atas lahan kosong seperti gerainya di Tegal. “Di Jakarta, misalnya, kan susah tuh mencari lahan kosong. Untuk itu, kami juga mempersiapkan konsep Waroeng SBH dalam bentuk ruko (rumah toko) atau rumah seluas 200 m²,” katanya.

Tapi, bila calon mitra memiliki lahan kosong, Aji memberikan dua pilihan paket yaitu paket platinum untuk luas tanah 900 m² dan paket gold untuk luas tanah 500 m². Sementara masa kontrak kerja sama berlangsung lima tahun dan royalty fee 3%. Sedangkan untuk balik modal, dijanjikan dalam jangka waktu 6−11 bulan.

Selanjutnya, dengan total investasi yang disyaratkan, mitra tinggal menjalankan usahanya. Sebab, mulai dari proses pembangunan gerai hingga peralatan, dan sebagainya telah disiapkan oleh pemilik brand.

 

Check Also

Menunya Ciamik, Tawaran Franchise-nya Menarik

SamWon House   Dalam bisnis yang mengusung konsep franchise, jika bukan keunggulan produknya yang dikedepankan, …