Hiasan Rumah dari Biji Mahoni yang Terbuang
Limbah, apa pun bentuknya, tidak akan dilirik oleh siapa pun. Tapi, tidak bagi Deddy yang justru melihat adanya keindahan dari Biji Mahoni yang berserakan tidak jauh dari pohonnya. Lalu, ia mengolah karunia alam itu menjadi hiasan rumah bernilai ekspor
[su_pullquote]Di dalam Biji Mahoni tersimpan suatu karakter garis yang luar biasa yang tidak dimiliki material lain[/su_pullquote]
e-preneur.co. Sudah jamak diketahui bahwa Pohon Mahoni, selama ini dikenal sebagai tanaman penyejuk jalan dan bahan baku utama untuk membuat segala macam mebel. Sementara bijinya, hanya sebatas dimanfaatkan sebagai obat untuk mengatasi penyakit tekanan darah tinggi, kencing manis, rematik, dan lain-lain, di samping digunakan sebagai pengganti kayu bakar.
Namun, dengan daya imajinasinya yang tinggi, Deddy Effendy mengangkat “derajat” Biji Mahoni dengan menjadikannya sebagai suatu produk kreatif bernilai tinggi. Dalam hal ini, Direktur CV Palem Craft Jogja, produsen sekaligus perusahaan pengekspor aksesori untuk interior rumah ini, menjadikan Biji Mahoni sebagai media pendukung suatu produk.
Contoh, menempelkan Biji Mahoni satu demi satu pada sebuah lampu. Sehingga, bila kebanyakan kap lampu menggunakan kain, maka perusahaan yang berlokasi di kawasan Gondomanan, Yogyakarta, ini menggantinya dengan irisan Biji Mahoni.
Dari kreativitasnya itu, lahirlah kap lampu, vas, lilin, kaca, dan semua produk yang berkaitan dengan interior accessories rumah. Produk-produk yang dibuat di workshop-nya yang berlokasi di Bantul, Yogyakarta, tersebut dipasarkan dengan harga yang ditentukan oleh besar kecilnya ukuran produk dan banyak sedikitnya bahan baku yang digunakan.
“Di dalam Biji Mahoni, tersimpan suatu karakter garis yang luar biasa yang tidak dimiliki material lain. Misalnya, bila digunakan di lampu akan memancarkan suatu guratan yang sekilas mirip motif batik,” kata Deddy, tentang alasannya menggunakan Biji Mahoni.
Dan, ternyata, keindahan yang dilihat Deddy pada biji yang rasanya pahit ini, ditanggapi pasar dengan luar biasa ketimbang material-material lain yang juga digunakan, seperti Kulit Pohon Pisang, rotan, batu apung, dan sebagainya. Terbukti, 90% produk ini diserap pasar ekspor, seperti Eropa, Timur Tengah, Amerika Serikat, dan lain-lain.
Padahal, sarjana teknik mesin dari Institut Sains & Teknologi AKPRIND, Yogyakarta, ini melanjutkan, Biji Mahoni yang digunakan merupakan biji yang terbuang. Kendati, tidak berarti tanpa kriteria. “Bentuknya harus bagus, dalam arti, ukurannya tidak terlalu kecil. Warnaya juga cukup segar atau tidak terlalu hitam. Sementara bagian dalamnya, kalau diiris tidak pecah dan struktur bijinya tetap rapi,” jelasnya.
Untuk memperoleh Biji Mahoni, pada awalnya Deddy yang membangun usahanya pada tahun 2000, membeli dari para petani yang sering menjual Biji Mahoni ke tempat-tempat pengobatan dengan harga Rp4 ribu/kg (kondisi kering). “Dalam perjalanannya, mungkin karena para petani dan pedagang melihat Biji Mahoni seperti emas, maka mereka menaikkan harganya hingga Rp25 ribu/kg,” ujar Deddy, yang mulai berkreasi dengan Biji Mahoni pada tahun 2007.
Imbasnya, ia menambahkan, sebagai produsen, ia kewalahan. Sebab, kenaikan harga bahan baku sangat mempengaruhi harga jual produk. Selain itu, ia juga dihadapkan pada faktor alam di mana Biji Mahoni yang bagus yaitu yang pecah secara alamiah (dibantu sinar matahari, red.). Tapi, hal ini akan berlangsung sangat lama bila musim penghujan tiba.
Meski begitu, Deddy dan sang istri yang membangun usaha ini dengan modal Rp30 juta dan kini telah mempekerjakan puluhan karyawan, tidak pantang menyerah. Mereka terus melakukan inovasi dan kreatif menciptakan produk dan model-model baru.
Apalagi, menurut kelahiran Pangkalan Brandan, 8 Desember 1972 ini, usaha ini sangat menjanjikan dan menguntungkan. Sebuah usaha kreatif dengan hasil kreatif memang harus dihargai bukan cuma oleh pasar mancanegara, melainkan juga pasar lokal, bukan?
Catatan
Usaha semacam ini, menurut Deddy Effendy, dapat dikerjakan oleh siapa pun yang mempunyai kemampuan membuat kerajinan tangan. Tapi, bukan sekadar mempunyai kemampuan atau keahlian, melainkan kemampuan yang sudah menjadi hobi. Sehingga, akan memperoleh feel-nya. Selain itu, juga tergantung pada mau atau tidak mau. Sementara Biji mahoninya, bisa diperoleh dengan membeli atau dengan mencari sendiri di pasar.