Home / Senggang / Jalan-Jalan / Suguhkan Suasana Semarang Tempo Dulu

Suguhkan Suasana Semarang Tempo Dulu

San Bao Long

 

Bukan cuma menghadirkan kembali kenangan lama tentang Semarang tempo dulu melalui indera penglihatan, San Bao Long juga memanjakan indera pengecap dengan menghidangkan menu-menu perpaduan Jawa dan Cina

[su_pullquote] Meski San Bao Long sangat lekat dengan nuansa Cina, tapi dijamin seluruh menu yang tersedia halal atau bisa dikonsumsi oleh warga Muslim[/su_pullquote]

e-preneur.co. Semarang diketahui sebagai kota yang masih kental nuansa Cinanya. Tidak mengherankan, karena dilihat dari sejarahnya, dulu, Ibukota Provinsi Jawa Tengah ini merupakan kota pelabuhan yang sering disinggahi para pedagang Cina, dalam rangka menjajakan barang dagangan mereka.

Dalam perjalanannya, para pedagang Cina tersebut memutuskan untuk tinggal. Dan, hingga sekarang, kita masih dapat menjumpai keturunan mereka di kota ini.

Imbasnya, Budaya Cina pun melebur dengan harmonis dengan Budaya Jawa. Termasuk, dalam urusan kuliner. Di sini, kita dapat menemui dengan mudah rupa-rupa masakan Jawa yang berfusi dengan masakan Cina. Meski, tidak semua tempat menampilkan harmonisasi kedua budaya tersebut dalam satu tempat.

Adalah Kedai San Bao Long (SBL), yang membuat peleburan antara kuliner Jawa dengan Cina begitu sempurna. Mulai dari sajiannya sampai interiornya, yang ditampilkan dengan apik menceritakan sejarah Semarang tempo dulu.

“Dengan menjual masakan Semarang, saya ingin menunjukkan konsep tempo dulu. Sebab, saya merasa ada banyak kebudayaan dan sejarah yang dimiliki oleh Semarang yang patut ditonjolkan,” ujar James Santoso, pemilik Kedai SBL

San Bao Long, James menambahkan, berasal dari Bahasa Cina yang berarti Semarang. Sementara embel-embel kata kedai (walau konsepnya restoran, red.), lantaran pada zaman dulu, tempat makan acapkali disebut kedai.

Sedangkan dilihat dari sejarah berdirinya, dilatarbelakangi oleh kesenangan James bermain sebuah game online tentang dunia masak-memasak. Dari sebuah kegiatan yang dianggap nyleneh itulah, ia dengan percaya diri membangun restoran unik ini di Semarang.

SBL dibangun dengan gaya rumah zaman Belanda yang terkesan kuno tapi kokoh, yang menaungi segala interior khas budaya Cina dan Jawa di dalamnya. Para tamu akan dibuat merasa memasuki sebuah museum kuno, yang memaparkan sejarah Semarang.

Kenangan akan suasana Semarang zaman dulu akan kembali melintas di benak, begitu menginjakan kaki di restoran ini. “Jadi, jika tamu datang ke resto saya, mereka akan merasa seperti sedang bersantap malam di rumah orang tua mereka dahulu kala,” jelasnya.

Bukan hanya bangunannya yang terkesan kuno, restoran  ini juga menggunakan benda-benda tempo dulu sebagai mebel pelengkap interior. Untuk itu, James menyempatkan diri memburu barang antik hingga ke Jakarta dan Bandung. “Beruntung, saya juga banyak mendapat masukan tentang barang antik dari para penggemar benda-benda jadul (jaman dulu, red.),” lanjutnya.

Dengan seluruh sudut dipenuhi pernak-pernik khas China yang dipajang di sebuah lemari ukiran khas Jepara, maka sambil bersantap, mata para tamu akan dimanjakan dengan keindahan desain ruangan restoran. Hingga, mereka tidak menyadari jika mereka sedang berada di dalam restoran.

Dengan lahan yang tersedia seluas 3.000 m², SBL hanya menempati 600 m² di antaranya. Meski begitu, mampu menampung sekitar 150 tamu atau 250 tamu jika standing party. Sedangkan sisa luas lahan, digunakan sebagai area parkir yang mampu menampung hingga 30 kendaraan. Sementara di sudut-sudut lahan, ditumbuhi pepohonan rindang yang menambah suasana kian asri.

Untuk menu masakannya, didominasi masakan khas Semarang, yang dipadu dengan citarasa oriental. Tapi, mengingat nama restoran sangat lekat dengan nuansa Cina, banyak tamu yang mengira menu masakan di restoran ini tidak halal.

Untuk itu, James menjamin seluruh menu bisa dikonsumsi oleh warga Muslim. Sebab, ia sangat menyadari bila restorannya yang berlokasi di Jalan S. Parman, Semarang, ini berada di tengah pemukiman warga, yang mayoritas memeluk Islam. Karena itu, ia lebih suka menyingkat nama restorannya menjadi SBL saja.

“Setelah berjalan beberapa bulan, saya merasa jika nama kedai saya terlalu oriental. Padahal, masakan yang saya jual adalah masakan halal. Jadi, mulai Januari 2012, saya menyingkat nama resto saya menjadi SBL. Sehingga, warga Muslim tidak sungkan untuk mencoba mampir ke resto saya,” ungkapnya.

SBL menyediakan Gurami SBL. Menu andalan ini berupa gurami yang digoreng garing, lalu disiram dengan saus mangga. Sementara menu orientalnya yaitu bebek panggang yang dicampur dengan berbagai macam saos khas oriental. Kedua menu tersebut, menjadi high recommended dari James.

Menu lainnya yang juga tidak kalah enak yaitu cap cay goreng, fuyunghai, dan ayam pandan. “Cap caynya tidak seperti cap cay oriental, tapi sudah dimodifikasi dengan penambahan sosis khas Semarang,” paparnya.

Selain menu gabungan Semarangan (begitu James menyebut menu khas Semarang, red.) dan oriental, restoran ini juga menyajikan camilan ala western seperti club sandwich, french fries, dan lain-lain. Tak lupa, James ikut menyajikan jajanan khas Semarang semasa ia kecil.

“Publik Semarang, pada dasarnya, sangat antusias dengan menu-menu di restoran saya. Tapi, memuaskan semua taste bud itu susah. Jadi, saya hanya bisa menyesuaikan dengan taste bud orang Semarang secara umum. Yang penting, kalau di Semarang rasanya harus manis. Karena, orang Semarang suka yang manis,” jelasnya.

Untuk minumannya, restoran peranakan ini menghadirkan triple SBL yaitu cocktail dengan tiga rasa sebagai minuman yang paling banyak dipesan. Lalu, ada dragon ballz atau jus dari buah naga, SBL sunrise yaitu campuran lemonade dengan beberapa macam jeruk, dan terakhir yaitu teh tarik. “Harga makanan dan minuman di sini cukup reasonable,” pungkasnya.

 

Check Also

Ketika Para Perantau Kangen dengan Kampung Halamannya

Bubur Samin Bubur Samin bukanlah makanan tradisional Solo, tapi menjadi menu takjil yang ikonik di …