Home / Inovasi / Memasak Tanpa Was-Was

Memasak Tanpa Was-Was

Kompor Listrik

 

Maraknya tabung elpiji yang meledak beberapa waktu lalu, membuat sebagian besar masyarakat pengguna kompor gas trauma. Tapi, kehadiran kompor listrik Seiyoung menjadikan mereka mempunyai solusi. Sebab, selain lebih aman, anggaran belanja rumah tangga bisa dihemat

 

[su_pullquote]Kompor listrik Seiyoung harganya murah dan irit dalam pemakaian listrik, serta memiliki desain yang elegan[/su_pullquote]

e-preneur.co. Beberapa waktu lalu, kita dibuat gelisah oleh berbagai berita di surat kabar tentang tabung gas yang meledak. Sebab, bukan hanya menyebabkan harta benda melayang, melainkan juga memakan korban jiwa.

Diduga, hal ini terjadi karena pemerintah tergesa-gesa menerapkan kebijakan konversi minyak tanah ke gas, tanpa adanya sosialisasi yang memadai. Tapi, anehnya, kalau boleh dibilang begitu, tidak ada satu pihak pun yang mau bertanggung jawab terhadap kejadian ini. Apalagi, berusaha mencari solusinya.

“Semua pihak saling menyalahkan. Sedangkan masyarakat, nyaris tidak mempunyai pilihan. Untuk kembali ke kompor minyak tanah sudah tidak mungkin. Karena, selain barangnya langka, harganya pun menggila,” ujar Irwansyah Tanjung, Vice President of Product Development PT Sigma Sino Trading, perusahaan yang memayungi kompor listrik bermerek Seiyoung.

Hal itulah, yang pada akhirnya memicu Boim (sapaan akrab Irwansyah Tanjung, red.) menggali ide untuk menghadirkan solusinya. Tujuannya, tentu saja, untuk menghindari tabung gas yang meledak lagi.

Perlu diketahui bahwa ada dua jenis kompor yang biasa digunakan dalam rumah tangga yaitu kompor minyak tanah dan kompor gas. Sementara kompor listrik belum banyak yang menggunakan, meski hampir semua rumah di Indonesia sudah dialiri listrik.

Hal ini terjadi, karena kompor listrik yang ada di pasaran membutuhkan listrik yang sangat tinggi. Sehingga, tidak bisa digunakan untuk rumah-rumah dengan daya listrik yang rendah.

“Rata-rata rumah di kampung memiliki daya sebesar 900 watt. Sedangkan kompor listrik, pada umumnya membutuhkan daya lebih dari itu. Nah, kompor yang saya buat hanya memerlukan daya maksimal 500 watt,” ujar Boim.

Untuk itu, selama hampir enam bulan, Boim berkutat merancang komponen-komponen pendukungnya. Ketika rancangannya sudah mencapai titik akhir, lulusan Teknik Sipil, Universitas Jayabaya, ini langsung terbang ke Cina.

Di Negeri Tirai Bambu ini, kompor listrik buatannya yang diberi merek Seiyoung, diproduksi. Dan, untuk itu, Boim memiliki alasan tersendiri.

“Untuk membangun pabrik di Indonesia membutuhkan waktu yang tidak singkat, mulai dari perizinan hingga fisiknya. Sementara solusi untuk mengatasi kasus kompor gas, sudah sangat mendesak. Karena itulah, hasil rancangan kompor listrik saya buat di Cina,” jelasnya.

Seiyong menggunakan sistem induksi. Dengan sistem ini, akan tercipta rangkaian panas yang diubah dalam bentuk gelombang. Meski begitu, sistem ini tidak akan membuat panas peralatan memasak. Sebab, yang dipanaskan medianya saja yakni air atau minyak. Sehingga, aman. Termasuk, dari jangkauan anak-anak.

Kompor ini, juga sangat praktis. Karena, dilengkapi timer untuk mengatur berapa lama kita memasak. “Saya mengutamakan safety. Sebab itu, saya melengkapinya dengan system sensor. Dalam arti, jika peralatan memasak sudah diangkat, maka dalam beberapa menit kompor akan mati sendiri,” ungkapnya.

Dengan keunggulan ini, Boim pun mengklaim jika Seiyong bukan cuma alternatif dari kompor yang sudah ada saat ini, melainkan juga sebagai solusi untuk memecahkan masalah yang sudah begitu carut-marut. Sehingga, tidak akan ada lagi kasus tabung gas yang meledak dan para Ibu rumah tangga pun bisa memasak tanpa was-was.

Di samping itu, untuk daerah-daerah terpencil yang notabene susah dijangkau, Seiyong sangat membantu. Contoh, di Papua. Karena kondisi geografis, hampir semua barang, termasuk tabung gas, didistribusikan dengan menggunakan pesawat terbang. Imbasnya, selain harganya menjadi jauh lebih mahal, persediaan barang tidak menentu.

Tidak mengherankan jika seorang pejabat setempat tertarik menggunakan kompor listrik ini. “Ia memesan 2.450 unit. Menurutnya, ini solusi terbaik daripada hanya bergantung pada tabung gas,” katanya.

Demikian pula dengan Kepulauan Seribu, yang lokasinya sebenarnya tidak jauh dari ibukota negara ini. Masyarakat di sini, juga menghadapi persoalan dengan pasokan tabung gas. Dalam arti, saat terjadi gelombang tinggi, bukan hanya tabung gas, bahan makanan pun susah untuk didistribusikan.

Respon masyarakat yang begitu tinggi ini, memang tidak diduga oleh Boim. Secara efektif, ia pertama kali mendatangkan kompor listrik ini pada 9 Januari 2011 sebanyak 6.000 unit. Kurang dari sebulan, 4.000 unit di antaranya sudah diserap pasar. Sementara penyebarannya, di samping Jawa, juga Kalimantan Barat, Batam, Nusa Tenggara Barat, dan Papua.

“Saya sangat optimis dengan bisnis ini. Pasar yang bisa dijangkau tidak hanya  masyarakat kecil, tapi juga menengah atas. Sekarang, saya sedang menjalin kerja sama dengan sebuah apartemen untuk membuat kebijakan mengganti peggunaan kompor gas dengan kompor listrik,” ujarnya.

Untuk bisa menjangkau semua segmen pasar tersebut, ia berstrategi. Untuk segmen menengah bawah, Boim menekankan persoalan efisiensi yakni harga murah dan irit dalam pemakaian listrik. Sementara untuk kalangan menengah atas, pada desainnya yang elegan. Sehingga, selain berfungsi untuk memasak, bisa pula digunakan sebagai penghias ruangan.

Bukan cuma itu, Boim juga memberikan garansi selama satu tahun. Untuk itu, jika terjadi kerusakan, pembeli tinggal menghubungi call center yang sudah tertera dalam kartu garansi. “Tapi, sampai saat ini kami belum menerima keluhan apapun,” katanya.

Tidak berhenti sampai di situ. Kini, ia sedang merancang kompor yang bisa digunakan pedagang gerobak keliling, dengan memanfaatkan tenaga surya. “Dengan cara ini, para pedagang keliling pun bisa memanfaatkan kompor listrik yang saya buat,” pungkasnya.

 

Check Also

Cucian Bersih, Ekosistem Terjaga

Deterjen Minim Busa Isu ramah lingkungan membuat para pelaku usaha terus menggali ide untuk menciptakan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *