Home / Senggang / Resto Area / Padu Padan Makanan Tradisional dengan Kebun nan Asri

Padu Padan Makanan Tradisional dengan Kebun nan Asri

Pecel Madiun BSD

Menyantap nasi pecel yang lezat di tengah-tengah rimbunnya pepohonan dan aneka tanaman, menimbulkan sensasi tersendiri. Untuk itu, Anda tidak perlu pulang kampung, cukup datang ke Pecel Madiun BSD yang terletak di Tangerang

[su_pullquote]Pecel Madiun BSD memakai bahan-bahan makanan yang berkualitas[/su_pullquote]

e-preneur.co. Resto yang mengusung makanan tradisional, ternyata menyimpan potensi sukses. Apalagi, jika didukung oleh lokasi yang bernuansa alamiah. Seperti, Pecel Madiun BSD (Bumi Serpong Damai, Tangerang).

Resto ini, menonjolkan suasana alam dengan kental, dengan mengambil tempat di dalam areal kebun yang luas, serta berhiaskan pepohonan yang rimbun dan aneka tanaman hias. Hingga, banyak yang tidak menyangka bila di tempat itu terdapat sebuah resto.

“Konsep awalnya bukan seperti ini. Kami membuka warung sego pecel (Jawa: nasi pecel, red.) hanya dengan empat meja. Sedangkan tempat (kebun) ini, belum difungsikan untuk usaha,” ujar Lies Koesbandoro, pemilik Pecel Madiun BSD.

Imbasnya, usaha yang didirikan pada tahun 2005 ini, cuma diketahui oleh orang-orang dekatnya saja dan hanya membukukan omset Rp150 ribu−Rp200 ribu per hari. Tapi, dalam perkembangannya, di antara pembeli yang datang, beberapa orang mengaku lebih suka menyantap makanan mereka dalam area kebun.

Menurut mereka, rasanya lebih asyik menikmati kelezatan Pecel Madiun di antara rimbunnya pepohonan. Lambat laun, hampir sebagian besar pembeli tidak lagi menggunakan meja yang disediakan, tapi memilih membawa makanan mereka ke kebun.

Melihat kecenderungan itu, Lies mulai berpikir untuk memanfaatkan potensi kebun yang ia miliki. “Kalau banyak pengunjung yang suka, mengapa tidak saya ubah saja menjadi resto bernuansa kebun. Karena, yang saya tahu belum ada resto dengan konsep seperti ini,” katanya.

Setelah konsep kebun diterapkan, jumlah pengunjung meningkat tajam. Mereka tidak hanya datang dari sekitar Tangerang, tapi juga dari kota-kota lain yang jaraknya cukup jauh.

Hampir semua pengunjung, Lies melanjutkan, terkesan dengan tempatnya. dengan tetap mengapresiasi kelezatan makanannya, tentunya. Dikatakan begitu, sebab ketika memasuki tempat ini, pengunjung akan menjumpai rumah utama yang terbuka dan diisi beberapa set meja makan berdesain kuno. Sementara tepat di depan teras, terdapat kolam air mancur mini yang menimbulkan kesejukan tersendiri.

Di areal lahan yang membentang luas di depan rumah, berdiri pendapa utama yang menampung beberapa set meja. Sementara di antara rimbunnya pepohonan, terdapat beberapa gazebo kecil yang digunakan sebagai tempat bersantap.

Pohon-pohon produktif yang sedang berbuah, menjadikan tempat ini bagai rumah makan kebun yang asri. Dan, saat berbuah, para pengunjung pun bisa ikut menikmatinya.

“Biasanya, menjelang sore, karyawan saya memetik buah rambutan. Kemudian dicuci, ditaruh di piring, dan disajikan keesokan harinya. Semuanya gratis!” ucapnya. Pengunjung juga boleh meminta buah-buahan yang ada di sini untuk dibawa pulang.

Di samping itu, di Pecel Madiun BSD juga terdapat berbagai tanaman hias yang indah dan terpelihara. “Bunga yang ada di sini sengaja saya pilih yang bagus. Karena, selain resto, saya juga mempunyai bisnis penyewaan tanaman hias. Beberapa jenis tanaman yang ada di sini cukup mahal harganya. Misalnya, Palem Kamedoria seharga Rp750 ribu. Atau, Palem Jenggot yang waktu itu saya beli dengan harga Rp2,5 juta, tapi sekarang harganya sudah mencapai Rp5 juta,” jelasnya.

Namun, tentu saja perhatian Lies bukan cuma terpusat pada tanaman-tanaman mahal ini, layaknya sebuah usaha resto, makanan yang disajikan harus mendapat perhatian ekstra. Baginya, citarasa makanan merupakan paling utama. Untuk itu, ia tidak segan mengeluarkan dana lebih besar untuk mendapatkan bahan-bahan makanan yang berkualitas.

“Menu utama resto ini memang cuma Pecel Madiun dan rawon, tapi bahannya saya pilih yang paling baik. Selain itu, kami juga menyediakan menu pendamping, seperti ayam goreng, empal, bakwan jagung, dan es dawet,” katanya.

Untuk bumbu pecel, misalnya, Lies memakai kacang tanah yang khusus didatangkan dari Tuban. Ukuran kacangnya lebih kecil dari biasanya, dengan rasa yang lebih manis. Cara memasaknya pun berbeda, tidak digoreng dengan minyak melainkan disangrai. Setelah itu, buntilnya dibuang. Sementara untuk sayurannya,  langsung dibeli di pasar.

“Untuk pecelnya, ada sembilan jenis sayuran yang saya pakai, di antaranya kacang panjang, daun singkong, kenikir, kecipir, tauge, bayam, dan irisan timun. Dengan pemakaian bahan-bahan yang mahal tersebut, saya sadar jika profit yang saya peroleh tidak terlalu besar. Tapi, itu sudah menjadi prinsip saya,” tegasnya.

Sedangkan untuk daging yang digunakan untuk membuat rawon dan empal, ia memilih jenis daging gandik tanpa lemak. Demikian halnya dengan dawet di mana gulanya berasal dari Pacitan, yang memiliki rasa sangat khas. Sehingga, meski banyak yang meniru menu makanan buatannya, Lies menjamin rasanya tidak akan mungkin sama.

Dengan segala keunggulan yang ditawarkan, Pecel Madiun BSD pun ramai dikunjungi pembeli. Pada hari kerja, pengunjungnya rata-rata karyawan yang mencari makan siang. Sementara saat weekends, pengunjung datang dari berbagai tempat, seperti dari Jakarta, Bogor, Depok, Bandung, bahkan Semarang.

Bukan cuma itu, hal ini juga membuat banyak pihak yang merasa terkesan ingin menjalin kerja sama. Tapi, hingga saat ini, Lies masih enggan mewujudkannya. “Saya kuatir tidak bisa menjaga rasa dan kualitas masakan seperti yang ada di sini. Jadi, biarkan saya fokus dulu di sini,” pungkasnya.

Check Also

Ketika Para Perantau Kangen dengan Kampung Halamannya

Bubur Samin Bubur Samin bukanlah makanan tradisional Solo, tapi menjadi menu takjil yang ikonik di …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *