Home / Frontline / Meraih Konsumen dengan yang Serba Pedas

Meraih Konsumen dengan yang Serba Pedas

Rumah Pedas Mak Inong

Bisnis makanan memang tidak lekang oleh waktu. Tapi, tidak berarti tidak perlu melakukan suatu strategi agar, setidaknya, bisa bertahan. Dan, Inong Lina dengan memanfaatkan tren selera pedas yang sedang melanda masyarakat Batam, membuka Rumah Pedas Mak Inong dengan menyediakan menu-menu yang mampu “membakar” lidah konsumennya

[su_pullquote align=”right”]Rumah Pedas Mak Inong hadir untuk menanggapi selera pedas yang sedang melanda masyarakat Batam[/su_pullquote]

e-preneur.co. Kecil-kecil cabe rawit. Menanggapi selera pedas―yang ditimbulkan oleh cabe hijau―yang sedang melanda masyarakat Batam, Lina Suhartiningsih menghadirkan Rumah Pedas Mak Inong di teras rumahnya yang cukup luas, di kawasan Perum Cendana, Batam Center, Batam.

IMG-20141204-01803“Awalnya, saya membuka usaha kuliner berupa masakan Jawa Timuran (Waroeng Inong) dan seafood (Seafood 828 Inong) di food court Batamindo Plaza. Tujuannya yaitu menyediakan makan siang dan makan malam untuk para pekerja di Muka Kuning. Tapi, karena kebanyakan dari mereka tinggal di Batam Center, maka mereka mengusulkan agar saya juga membuka tempat makan di Batam Center. Kebetulan, saya juga tinggal di Batam Center dengan halaman yang cukup luas,” kisah Inong Lina, begitu ia dikenal.

Selanjutnya, terpikir oleh Inong Lina untuk memanfaatkannya sebagai tempat makan. Apalagi, dengan lokasi rumah sendiri, maka ia merasa dapat menggabungkan seafood dengan masakan Jawa Timuran. “Tapi, saya juga ingin spesialisasi yang serba pedas. Akhirnya, terbentuklah Rumah Pedas Mak Inong,” lanjutnya.

IMG-20141113-01726

Rumah Pedas Mak Inong menyediakan ayam goreng penyet yang dilumuri sambel ijo, yang dinamai Ayam Goreng Gledek. Selanjutnya, Nasi Goreng Gledek yang sebenarnya sama dengan nasi goreng pada umumnya, tapi karena menggunakan cabe hijau, maka sangat pedas dan berwarna hijau.“Pedasnya bervariasi, dalam arti, bisa pedas sekali, pedas sedang, atau pedas biasa,” jelas sarjana ekonomi dari Universitas Widyagama, Malang, ini.

Berikutnya yaitu Bakso Mercon di mana bakso ini mirip dengan Bakso Malang. “Bakso Malang itu menonjolkan rasa kuahnya dan itu yang saya jaga. Tapi, untuk selera Batam, saya tambahkan potongan cabe rawit hijau ke dalam bakso. Sehingga, ketika bakso itu dibelah akan kelihatan potongan-potongan cabe rawit hijau, yang bila dimakan rasanya di mulut seperti ledakan-ledakan mercon,” lanjutnya. Sementara untuk minumannya, ada yang khas yaitu kopi yang diambil langsung dari Malang dan Aceh.

Untuk harganya, masih terbilang standar yaitu Rp10 ribu untuk Nasi Goreng Gledek dan Bakso Mercon, serta Rp15 ribu untuk Ayam Goreng Gledek plus nasi. Untuk kopinya, cukup dengan Rp5 ribu.

IMG-20141113-01728

Uniknya, kalau boleh dibilang begitu, Rumah Makan Mak Inong justru dibuka pada jam 16.00–21.00. Sebab, di pagi hari harus melayani katering. Imbasnya, tempat makan yang mengusung suasana homey ini tidak pernah mengalami jam-jam sepi, seperti tempat-tempat makan yang dibuka dari pagi hingga malam. “Tapi, jika ada yang datang siang untuk makan dan kebetulan makanan sudah siap, saya akan melayani,” ujarnya.

Di sisi lain, dengan lokasi yang berbeda, maka tempat makan yang menyediakan enam meja dengan masing-masing empat kursi ini, menyasar konsumen yang berbeda pula yaitu warga di sekitar Perum Cendana dan para mahasiwa yang kuliah tidak jauh dari lokasi ini. “Kebanyakan konsumen membeli untuk dibawa pulang,” tambah kelahiran Malang, 22 Juli 1972 ini.

Tanggapan konsumen? “Alhamdulillah bagus. Tapi, omsetnya belum maksimal,” pungkasnya. Meski begitu, tidak lama lagi Inong Lina akan membuka cabang setelah sebuah jaringan pasar swalayan menawarinya sebuah tempat.

Check Also

“Naik Kelas” dengan Mengganti Gerobak Dorong dengan Outlet Permanen Berkonsep Restoran

Bakmi Gila Usaha kakilima banyak diminati para pelaku usaha. Selain itu, konsep PKL mempunyai potensi …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *