Home / Frontline / Enak Rasanya, Menyehatkan, dan Mendatangkan Omset Besar

Enak Rasanya, Menyehatkan, dan Mendatangkan Omset Besar

Produk Olahan Susu Kambing Etawa

Susu kambing, terutama yang berasal dari Kambing Etawa, memang sudah tidak diragukan lagi manfaatnya bagi kesehatan. Tapi, tidak semua orang mau dan bisa mengonsumsinya begitu saja. Wiwik pun berinovasi dengan mengolahnya menjadi es krim dan yogurt

[su_pullquote align=”right”]Yogurt dan es krim dari susu Kambing Etawa ini mendapat respon yang bagus dari konsumen[/su_pullquote]

e-preneur.co. Susu kambing sangat bermanfaat bagi kesehatan. Tapi, tidak semua orang mau mengonsumsinya dalam keadaan segar. Di tangan Wiwik Handayani, perahan susu kambing yang terkesan amis ini, diolahnya menjadi susu kemasan yang siap minum, es krim, dan yogurt.

Awalnya, sang suami, Suryono, yang hobi beternak memiliki 200 kambing jenis biasa dengan nama usaha Tharraya Farm, pada tahun 2010. Usaha jual beli kambing ini bergerak lambat dan pesanan hanya musiman, seperti pada hari raya dan akikahan.

Kambing Etawa (8)(1)

Kemudian, seorang teman mengenalkan Kambing Etawa ke pasangan suami istri ini. Lalu, mereka memutuskan menjual kambing biasa dan membeli empat ekor Kambing Etawa, yang diternakkan di belakang rumah mereka di kawasan Lorong Gelap, Jalan Mesjid Binjai, Sumatera Utara (Sumut).

“Kami tertarik, karena ternyata manfaatnya banyak. Susunya kalau diperah lebih banyak dibanding kambing biasa. Secara kesehatan juga lebih bagus, baik susu dan dagingnya. Demikian pula, dengan prospeknya yang besar,” ujar Wiwik.

Lantas, ia mulai mengembangkan hasil susu Kambing Etawa tersebut agar bisa dinikmati banyak orang. Ia membangun merek usaha sendiri yaitu King Milk, yang masih disubsidi oleh Tharraya Farm.

Wiwikmemerah susu, mempasteurisasi secara manual, dan mengemasnya tanpa tambahan bahan lain alias murni susu. Kemasannya tersedia ukuran 280 ml dengan harga Rp13 ribu dan 100 ml dengan harga Rp7 ribu.

Perempuan berusia 31 tahun ini, mengaku jika cukup sulit di awal memperkenal susu ini. Karena, masyarakat masih awam dengan hal ini. “Jadi, saya harus detil menjelaskannya. Pada mulanya, saya memasarkan ke tetangga, keluarga, dan teman-teman. Setelah itu, baru semuanya paham dan menjadi langganan,” tuturnya.

Daya tahan susu kemasan ini, sekitar tiga hari dalam suhu dingin dan sebulan dalam lemari pembeku atau freezer. Tapi, hanya tiga jam dalam suhu ruangan. “Produk ini bisa langsung diminum. Termasuk, oleh bayi berumur enam bulan ke atas. Karena, manfaatnya setara ASI (Air Susu Ibu),” jelasnya. Untuk konsumen yang tidak suka dengan susu putih, Wiwik menyarankan untuk menambahkan madu atau kopi.

Setelah berjalan hampir tiga tahun, Wiwik dan suami baru merasakan usaha ini mendapat posisi yang baik. Produk susunya sudah sampai ke Aceh dan beberapa wilayah di Sumut.

Kambing Etawa (12)

Sementara peternakan mereka, kini, dipenuhi Kambing Etawa dan hanya 5% yang kambing biasa. Di samping itu, mereka bukan hanya menjual dagingnya, melainkan juga bibit dan indukannya.

Sedangkan King Milk, tidak hanya mengembangkan susu kemasan, tapi juga merambah ke yogurt dan es krim. Untuk yogurt dan es krim yang diproduksi mulai April 2013, telah mendapat respon yang bagus.

Produk King Milk ini juga sudah merambah ke hotel-hotel dan tempat-tempat fitness. Dalam sebulan, bisa laku 300 lt susu. Sementara untuk susu segarnya, sebanyak 40 botol/minggu. Untuk itu, membukukan omset puluhan juta rupiah per bulan.

Inovasi Ibu dua anak ini, ternyata memantik simpati Konsul Amerika Serikat di Medan. Wiwik pun ditantang membuat keju dari susu Kambing Etawa. Wiwik yang mengaku belum pandai mengolah keju akan mendapatkan pelatihan langsung dari pihak konsul.

“Saya akan diajari. Karena, katanya, keju dari susu Kambing Etawa sangat enak dan belum diproduksi di sini,” ungkapnya.

Dalam pengoperasian usahanya, ia mengaku jika biaya terbesar ada pada pakannya. Meski cuma rumput, kadang kesulitan mencarinya. Apalagi, sebagian besar lahan sudah dijadikan perumahan.

“Susah mencari rumputnya. Semua lahan kosong sudah menjadi rumah. Tapi, masih bisa dipenuhi sembari kami membuat pakan ternak sendiri dari limbah pakan yang terbuang, untuk mengurangi biaya produksi dan jika kegiatan mencari rumput terhambat karena cuaca buruk,” beber Wiwik, yang menugaskan pekerja khusus pencari rumput.

Untuk mengakali pakan ini, Wiwik dan suami juga sedang mengembangkan aplikasi fodder feed yaitu penananaman hijauan pakan ternak dengan sistem hidroponik. Dengan sistem ini, ia berharap bisa menghemat biaya pakan, tempat, tenaga kerja, juga meningkatkan kualitas pakan.

“Kami akan mencoba di lokasi kandang sementara untuk memenuhi kebutuhan ternak kami sendiri. Aplikasi fodder feed ini, saya peroleh melalui browsing. Sedangkan untuk jumlah ternak yang ada sekarang, kami mengurangi penjualan dagingnya. Khusus untuk kambing yang sudah afkir, kami gunakan untuk regenerasi dan upgrade kualitas kambing yang lebih baik. Intinya, kami akan terus mencari tata cara beternak yang lebih maju dari teknologi pakan, peralatan, hingga sistem pemeliharaan supaya bisa lebih optimal hasil yang akan diperoleh,” pungkasnya.

Check Also

Cucian Bersih, Ekosistem Terjaga

Deterjen Minim Busa Isu ramah lingkungan membuat para pelaku usaha terus menggali ide untuk menciptakan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *