e-preneur.co epreneurship online magazine
Related Articles
KedeKopiKami
Menyeruput kopi sambil ngobrol ngalor ngidul dengan berbagai kalangan merupakan kenikmatan tersendiri. Dan, itu hanya bisa dijumpai di kedai kopi. Lalu, apa jadinya jika sebuah restoran mengusup konsep kedai kopi? Cobalah sambangi KedeKopiKami kreasi Nunki
[su_pullquote align=”right”]Ciri khas KedeKopiKami ada pada komunitas[/su_pullquote]
e-preneur.co. Apa jadinya kalau warung kopi (warkop) ada di dalam ruangan? Dalam arti, dengan konsep tempat duduk yang menggunakan bangku, tapi gratis layanan wi-fi dan dilayani ramah layaknya restoran.
Ingin mendapatkan suasana ini? Ada baiknya Anda singgah ke KedeKopiKami, sebuah bisnis kuliner yang mengusung kopi di Jalan Dokter Mansur, kawasan yang berada di sekitar Universitas Sumatera Utara (USU).
Masuk ke KedeKopiKami, jelas terlihat konsep anak muda. Dindingnya dihiasi grafiti-grafiti indah. Bangku dan meja panjang tersusun rapi.
Lalu, ibarat sebuah bar kecil, di sinilah para pelayan meracik ramuan pesanan konsumen. Sedangkan konsumen yang mayoritas kaum muda, datang lengkap dengan peralatan laptop, ipad, dan sejenisnya.
KedeKopiKami yang berdiri tahun 2009, bisa dilabeli sebagai yang pertama di kawasan ini yang menyajikan konsep kuliner kopi. Meski, juga dilengkapi dengan sajian non kopi.
Sang pendiri sekaligus owner, Nunki Arindiani, arsitek alumnus USU, mengisahkan, “Awalnya, alumni arsitektur, kalau ketemu dan ngumpul di kedai kopi atau kafe. Lama kelamaan berpikir, mengapa tidak membuka usaha sendiri yang bisa dijadikan tempat ngumpul dan ketemu banyak orang. Dari cuma ingin menjadi tempat ngumpul karena sama-sama menyukai kopi, akhirnya membuka kedai ini”.
Begitu berdiri, Nunki mencari nama yang simpel, mudah diingat, dan membuat pelanggan merasa memiliki. Lalu muncullah KedeKopiKami. “Maunya dari nama itu ada yang melafaskannya dengan ‘kami’. Jadi, merasa memiliki dan menjadi sering datang,” lanjutnya.
Saat itu, Nunki sudah menekankan bahwa usaha ini harus dibuat ibarat warkop tapi di dalam ruangan. “Kalau warkop ‘kan biasanya terbuka. Kalau warkop KedeKopiKami di dalam dan santai. Kami membuat grafiti itu juga supaya berbeda dengan tempat lain. Di sini, ciri khasnya komunitas. Di satu sisi, kami ingin berjualan, tapi juga ingin ada sumbangsih untuk masyarakat. Dan, salah satunya dengan bermain di komunitas. Alhamdulillah sudah banyak komunitas, seperti komunitas film, akademi berbagi, fotografer, wartawan, dan lain-lain yang rutin mengadakan acara di sini,” bebernya.
Untuk konsumen komunitas, Nunki ingin menjaga pelanggan. Karena itu, tidak pernah ada minimum charge dan syarat-syarat tertentu. Tempat boleh dipakai untuk kumpul-kumpul.
“Untuk komunitas free. Tidak masalah. Yang penting, pesan makanan dan minuman. Setidaknya, orang yang datang bisa memperoleh teman baru dan ilmu dalam acara-acara di kedai ini,” ujarnya.
Untuk konsepnya, kedai yang buka jam 09.00–01.00 ini tetap santai. Tidak seperti resto. Di sini, pelayan diperbolehkan santai saat menghadapi kosumen, walau pelayanan di resto bisa jauh lebih nyaman.
“Waitress harus memperkenalkan nama dan kami lebih suka yang bersifat personal, yang merasa nyaman di sini. Waitress-nya tidak kaku, walau santai tapi harus siap dipanggil. Dan, waitress bisa menjadi konsultan pelanggan tentang menu terbaik dan cocok untuk lidah,” ungkapnya.
Namun, Nunki sering menjumpai orang-orang yang salah persepsi dengan nama kedai yang digunakannya. Sebagian menilai, dari luar, konsep kedainya tidak mewakili anak muda yang trendi. Tapi, ia tidak patah arang.
Menurutnya, itu tantangan. Meski, sudah lazim orang melihat sesuatu dari penampilan. “Kami terus berbenah.Termasuk, menambah menu,” ucapnya.
Menu-menu favorit di KedeKopiKami beraneka ragam. Tapi, menu makanan seperti nasi ayam bakar, nasi goreng sosis keju, nasi goreng teri cabai hijau, kopi tarik, teh sanger, dan sanger dingin menjadi pesanan terbanyak.
Untuk bahan baku kopi, Nunki mengambil dari Aceh. “Kami mengambil kopi dari Aceh.Tapi, tidak monoton. Berganti-ganti untuk mencoba yang baru, namun tetap dijaga kualitasnya,” jelasnya.
Sementara untuk menghidupkan suasana yang biasanya ramai pada Hari Jumat dan Sabtu, berbagai terobosan dilakukan Nunki. Dalam waktu dekat ini, KedeKopiKami akan buka jam 07.00–02.00.
“Kami juga mau memberi member khusus KedeKopiKami hadiah nonton bioskop di XXI. Intinya, ingin memanjakan pelanggan,” papar Nunki, yang warkopnya sering dikunjungi Ramona Purba, artis penyanyi yang ngetop di era 1980-an.
Kendala lainnya, menurut Nunki, terjadi saat menarik minat kosumen untuk datang dan menjadi komunitas di warkopnya. Apalagi, kala itu, modal pas-pasan. Sejatinya, dibutuhkan Rp350 juta untuk sewa tempat dan pembelian bahan baku. Tapi, dia hanya mempunyai setengah modal itu.
“Pelan-pelan.Duitnya kami putar untuk membeli perlengkapan kedai, seperti proyektor dan aset pedukung kegiatan lainnya. Akhirnya, dengan separuh modal itu kami berusaha memperbaiki. Memang berjalan lambat, tapi sekarang sudah mulai stabil,”pungkas Ketua Ikatan Alumni Arsitek USU ini.
