Home / Agro Bisnis / Reptil Unik Harga Ciamik

Reptil Unik Harga Ciamik

Gecko

Secara fisik, gecko itu menjijikan, tapi memiliki warna-warni tubuh yang sangat indah. Selain itu, terkesan unik.Karena, lebih mirip biawak mini ketimbang tokek. Hal-hal itulah, yang menyebabkan pecinta reptil menyukainya dan berani membelinya dengan harga yang relatif mahal

[su_pullquote align=”right”]Harga jual gecko disesuaikan dengan harga atau tren yang sedang berlaku di pasar[/su_pullquote]

e-preneur.co. Bicara tentang binatang peliharaan, berarti bicara tentang anjing, kucing, ayam, atau burung. Tapi, seiring dengan perkembangan zaman, beberapa binatang yang “tidak lumrah” pun kini juga dipelihara. Salah satunya, tokek!

Namun, tokek yang satu ini bukan sembarang tokek, melainkan tokek hias atau yang lebih dikenal dengan istilah gecko. Sebagai binatang hias, cecak besar ini bagi para penggemar reptil memiliki tempat yang sama dengan kucing hias, anjing hias, atau ayam hias. Dengan demikian, hewan yang nenek moyangnya berasal dari Pakistan tapi dikembangkan morph atau jenisnya di Amerika Serikat ini, berbeda dengan tokek yang selama ini kita kenal.

Perbedaan lainnya yaitu gecko adalah binatang yang bersahabat. Dalam arti, ia tidak menggigit seperti halnya tokek. Sehingga, ia aman dipelihara oleh segala umur dan kalangan. Kedua, reptil yang habitat aslinya di gurun atau wilayah yang kering dan panas (sementara tokek, biasanya banyak ditemui di pohon-pohon, pekarangan, atau rumah, red.) ini, memiliki warna-warni yang sangat indah.

Ketiga, hewan yang berjalan di atas tanah (tidak dapat menempel atau berjalan di tembok/pohon seperti layaknya tokek, red.) ini, mudah pemeliharaannya. Dan, faktor keempat, satwa yang memiliki lebih dari 200 jenis ini, juga mudah dibudidayakan.

Hal-hal itulah, yang menjadi alasan mengapa semakin banyak orang yang “bermain” di gecko. Selain itu, bagi para pecinta reptil yang takut ular, binatang yang mampu mencapai bobot maksimal 30 gr−35 gr (rata-rata 25 gr−30 gr, red.) dan panjang maksimal 20 cm−25 cm ini, juga dapat dijadikan alternatif pemeliharaan.

Tentang budidayanya, sebelum mengawinkan fauna yang beranak pinak dengan bertelur ini, sebaiknya Anda mengetahui terlebih dulu jenis kelaminnya. Sesudah itu, kawinkan gecko dengan sistem poligami (1 jantan, 2−3 betina).Karena, binatang ini secara alamiah cocok sekali dengan sistem ini.

gecko2

Setelah dikawinkan, gecko betina akan bertelur selama 7−8 kali dalam rentang dua minggu. Bahkan, adakalanya sampai 16 minggu, ia akan terus menerus bertelur. Setiap kali bertelur, dihasilkan dua butir.“Tapi, kondisi ini sangat tergantung pada beberapa factor, seperti kualitas indukan, cukup umur atau matang kelamin ketika dikawinkan, sehat atau cukup nutrisi,” jelas Halim Purnawan, pembiak gecko.

Di samping itu, juga ketenangan tempat gecko akan dikawinkan. Sebab, tempat yang tidak tenang akan membuat gecko menolak kawin. Kalau pun pada akhirnya ada yang mau kawin, biasanya si betina tidak dapat bertelur, membutuhkan waktu yang relatif lama untuk bertelur, atau telur yang dihasilkan tidak berkualitas (infertilitas, busuk, berjamur, atau tidak menetas).

“Rata-rata risiko kegagalannya 10%−20%. Tapi, saya berhasil meminimalkannya menjadi 5% dengan cara mengatur suhu dan memperhatikan matang kelamin indukan,” imbuh pria, yang mulai menggeluti gecko sekitar tahun 2008 ini.

Tentang matang kelamin, Halim melanjutkan, gecko betina sebaiknya dikawinkan pada umur satu tahun, sementara si jantan pada umur 10 bulan.

“Selain, itu, saya memberi jeda atau istirahat untuk tidak kawin selama 6 bulan−1 tahun. Menurut saya, cukuplah ia dikawinkan maksimal empat kali selama masa hidupnya (gecko mampu bertahan hidup hingga umur 3−5 tahun, red.), supaya menghasilkan anakan gecko yang berkualitas. Gecko betina itu sendiri akan menghasilkan telur atau anakan gecko yang berkualitas, saat ia berumur 1,5 tahun−2 tahun,” ungkap pemiliki sekitar sembilan jenis gecko ini, di antaranya Tangerine, Super Hypo Tangerine, Normal, Banana Blizzard, Bell, dan Albino Patternless.

Hal lain yang harus diperhatikan, ia menambahkan, yaitu tempat untuk gecko lying atau meletakkan telur-telur mereka. Tempat tersebut, harus selalu terjaga kebersihannya dan dialasi dengan bubuk zeolit (= bubuk yang mengandung kalsium, red.).

“Pada umumnya, gecko diberi makan jangkrik yang notabebene hanya mengandung sedikit kasium. Padahal, sama halnya dengan reptil-reptil lain, gecko sangat membutuhkan asupan kasium yang cukup agar anakan gecko yang dihasilkan terhindar dari kelainan pertumbuhan atau permasalahan kesehatan lainnya. Untuk itu, ketika memberi makan gecko, letakkan jangkrik di atas bubuk zeolit. Ketika gecko akan memakan jangkrik, maka secara otomatis bubuk zeolit akan ikut termakan,” kata Halim, yang juga “bermain” di ular dan biawak ini.

Dalam pemberian makanan, sarjana public relations dari Universitas Mercubuana, Jakarta, ini melanjutkan, sebaiknya dilakukan pada malam hari. Sebab, gecko adalah binatang nocturnal atau aktif di malam hari, termasuk dalam mencari makan.

“Saya memberi makan gecko saya hanya dua hari sekali. Sebenarnya, akan lebih irit lagi jika saya langsung membeli sekarung jangkring (1 karung = 400 ekor, red.). Tapi, hal itu tidak saya lakukan.Karena, saya tidak mau menyimpan jangkrik terlalu lama.Apalagi, kemungkinan mati pada jangkrik-jangkrik ini sangat besar. Imbasnya, biaya produksi saya bertambah,” ujarnya.

Setelah berumur 1,5 bulan−2 bulan, anakan gecko pun layak jual. “Dari segi harga, morph-lah yang menentukan harga jualnya. Kebetulan, gecko saya berada pada morph middle low.Mengingat, para pemain baru di dunia reptil ini tidak semuanya berasal dari kalangan atas. Jadi, harga jual gecko saya menyesuaikan dengan harga atau tren yang sedang berlaku di pasar. Di sisi lain, berdasarkan observasi yang saya lakukan, pasar gecko memang sedang mengarah ke middle low atau harga terjangkau,” ucap Halim.

Di samping itu, Halim yang pernah menjual anakan gecko-nya seharga Rp800 ribu/ekor ini melanjutkan, gecko itu sendiri juga harus proporsional. Dalam arti, bukan cuma bentuk badannya, melainkan juga tidak cacat (ekor putus, jari tidak lengkap, atau kaki bengkok), buntutnya bagus (lurus/tidak bengkok atau ada bekas putus), dan sehat.

“Meski begitu, kecacatan bukan akhir dari segalanya. Gecko yang tidak layak jual karena sebab-sebab di atas, masih dapat dijadikan indukan. Lebih dari itu, adanya mitos hoki pada binatang-binatang yang berbentuk abnormal, justru membuat harga jual mereka semakin mahal,” kata kelahiran Jakarta, 26 Oktober 1978 ini.

Halim sendiri memasarkan gecko-nya by online. Dalam 3 bulan−4 bulan terakhir, gecko-nya mulai terjual secara rutin. Sehingga, waktu itu setiap bulannya, ia mampu meraup omset Rp3 juta−Rp4 juta dengan rentang harga jual Rp250 ribu−Rp400 ribu setiap ekornya.

“Jadi, kalau bicara tentang prospeknya, saya perkirakan 3 tahun−5 tahun ke depan, pasarnya masih bagus. Sementara, yang paling diminati pasar saat ini yaitu Tangerine dan Super Hypo Tangerine. Karena, harganya tidak mahal, tapi warnanya sangat indah,” pungkas pria, yang kini memiliki total 60 ekor gecko yang terdiri dari anakan siap jual, telur siap tetas, dan indukan.

Check Also

Menyehatkan Konsumennya, Menguntungkan Petaninya

Beras Hitam Organik Meski buruk rupa, tapi kaya manfaat kesehatan. Tidak mengherankan, bila peminat Beras …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *