Celana Diaper Pakai Ulang
Popok merupakan kebutuhan utama para bayi. Tapi, mahalnya diaper memicu munculnya berbagai popok alternatif. Salah satunya, celana diaper pakai ulang yang bukan cuma hemat, melainkan juga ramah lingkungan
[su_pullquote align=”right”] Lebih hemat dan ramah lingkungan[/su_pullquote]
e-preneur.co. Dengan alasan kepraktisan dan kenyamanan, banyak orang tua yang memakaikan diaper pada anak-anak mereka. Tapi, harga popok sekali pakai ini tidaklah murah. Sehingga, sedikit banyak akan menguras pundi-pundi keuangan keluarga. Apalagi, bagi orang tua dari kalangan menengah ke bawah. Di sisi lain, karena bersifat disposable, diaper semacam ini turut menambah jumlah timbunan sampah.
Para pelaku bisnis mencoba mengatasi kondisi ini, dengan memproduksi popok-popok alternatif. Salah satunya, sebuah produk popok dan celana plastik yang hadir ke tengah-tengah masyarakat menengah ke bawah pada tahun 2004.
Lima tahun kemudian, dengan merek Babygreen, Daniel Ibrahim juga meluncurkan popok alternatif yang diistilahkannya celana diaper pakai ulang. “Maksudnya, celana yang berfungsi sebagai diaper atau untuk menampung pipis dan kotoran, tapi tidak tembus. Selain itu, juga dapat dicuci. Sehingga, dapat dipakai berulang kali,” kata Daniel.
Celana ini, kreator dan owner Inova Group (Babygreen) ini melanjutkan, terbuat dari bahan kaus, plastik jas baby (anti tembus), dan busa. Bahan-bahan ini dipilih karena lembut, nyaman digunakan oleh anak-anak, dan tidak cepat rusak.
Berbeda dengan celana plastik seperti tersebut di atas, yang juga memiliki bentuk mirip diaper, tapi menggunakan bahan baku utama berupa bahan plastik higienis. Sementara, bagian luarnya terbuat dari kain katun dan pelapisnya terbuat dari kain katun atau flanel.
“Untuk durability bahan, sangat tergantung pada penggunanya. Tapi, sebagai acuan, rata-rata konsumen dapat memakai produk ini lebih dari empat bulan,” ujar sarjana kehutanan dari Institut Pertanian Bogor ini. Sebagai pembanding, popok dan celana plastik mampu bertahan hingga satu bulan, jika dirawat dengan benar.
Dengan kondisi seperti itu, ia menambahkan, dibandingkan popok sekali pakai, tentu saja celana yang ditujukan bagi anak-anak yang memiliki bobot tubuh 1 kg–16 kg ini, lebih hemat dan ramah lingkungan. Sedangkan bila dibandingkan produk sejenis, produk ini memiliki bagian sayap (anti tembus samping).
“Dibandingkan popok dan celana plastik, celana diaper pakai ulang kami memiliki tampilan yang lebih menarik. Karena, memiliki bahan kain di bagian luarnya. Sedangkan dilihat dari bahan bakunya, produk kami memiliki lapisan anti tembus yang terbuat dari bahan baku yang berbeda. Dan, bila dilihat dari penyerapannya, Babygreen memiliki lapisan penyerap cairan (lampin). Lampin yang memiliki bentuk mirip dengan pembalut wanita itu, dapat dipasangpakaikan,” ungkap Daniel, yang membangun bisnisnya dengan modal awal sebesar Rp58 juta.
Babygreen yang diproduksi di home industry-nya yang terletak di kawasan Depok ini, memiliki empat ukuran yaitu S (small), M (medium), L (large), dan XL (extra large), serta warna biru, pink, dan kuning. “Dengan dibantu empat karyawan, setiap bulannya kami memproduksi sebanyak 2.500 buah di mana sekitar 75%-nya diserap pasar,” jelas kelahiran Tangerang ini.
Untuk harganya, Daniel memasrahkan kepada masing-masing agen penjualnya. Karena, hal ini berkaitan dengan wilayah pemasaran. Dalam arti, berbeda wilayah pemasarannya, berbeda pula besar kecilnya ongkos kirim. Meski begitu, Babygreen telah merambah Aceh, Pangkal Pinang, Jabodetabek, Yogyakarta, Tulungagung, Surabaya, Madura, Samarinda, Balikpapan, Makasar, dan Sorong. Di samping itu, produk ini juga dapat dijumpai di berbagai pasar tradisional, pusat perbelanjaan (ITC), atau melalui pemesanan langsung.
Pada dasarnya, celana diaper pakai ulang ini tidak jauh berbeda dengan celana plastik, baik fungsi maupun bentuknya. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat produk semacam ini mulai bermunculan di pasaran dengan berbagai bahan baku dan sedikit inovasi.
“Menghadapi hal ini, kami hanya bisa memompa pemasaran dengan menggunakan metode pendekatan langsung ke end-user,” kata Daniel, yang memasarkan produknya ke masyarakat menengah ke bawah dan konsumen dari komunitas Green Community.
Namun, ia melanjutkan, prospek ke depan bisnis ini cukup baik. Karena, konsumen akan semakin cermat dalam mengatur belanja rumah tangga. Sehingga, mereka akan membeli produk yang lebih hemat.
Selain itu, dengan semakin sadarnya masyarakat terhadap lingkungan, akan memberikan hasil positif kepada produk ini. Imbas lainnya, sampah yang dihasilkan akan jauh lebih sedikit, ketimbang jika menggunakan popok sekali pakai.
“Berkaitan dengan itu, kami berencana melakukan diversifikasi produk. Sehingga, akan lahir produk untuk pasar low-end, mid-end, dan high-end. Di samping itu, kami juga akan membidik pasar ekspor untuk produk ini,” pungkasnya.