Sewa Alat Penyulingan Minyak Atsiri
Prospek bisnis produksi minyak atsiri sangat bagus. Tapi, belum banyak yang bergerak dalam usaha ini.Mengingat, kendalanya tidak sedikit. Salah satunya, penyediaan peralatannya. PT Pavettia Atsiri Indonesia menangkap peluang ini, walau masih dalam tahap usaha sampingan. Artinya, masih terbuka peluang bagi pihak-pihak lain untuk juga menerjuni bisnis ini
[su_pullquote align=”right”]Bengkel kami telah ter-istall dengan lebih dari 20 unit penyulingan se-Indonesia[/su_pullquote]e-preneur.co. Indonesia dikenal sebagai negara yang gemah ripah loh jinawi atau kaya akan sumber alam. Karena itu, terasa masuk akal bila sejak tahun 1960-an, Nusantara dikenal sebagai penghasil minyak atsiri terbesar di dunia.
Apalagi, berdasarkan fakta diketahui bahwa dari 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di dunia, 40 di antaranya ada di negara kita. Meski, baru 12 jenis yang sudah diolah yaitu Minyak Nilam (Patchouli Oil), Minyak Akar Wangi (Vetiver Oil), Minyak Sereh (Citronella Oil), Minyak Kenanga (Cananga Oil), Minyak Kayu Putih (Cajeput Oil), Minyak Sereh Dapur (Lemon Grass Oil), Minyak Cengkeh (Cloves Oil), Minyak Cendana (Sandalwood Oil), Minyak Pala (Nutmeg Oil), Minyak Kayu Manis (Cinamon Oil), Minyak Kemukus (Cubeb Oil), dan Minyak Lada (Pepper Oil).
Sebagian dari minyak atsiri tersebut diekspor. Tahun 2008 mencatat, nilai ekspor minyak atsiri Indonesia mencapai AS$104 juta.
Tapi, karena kemampuan produksinya belum optimal, maka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, kita justru mengimpor. Ironisnya, nilai impornya jauh lebih besar ketimbang nilai ekspornya yakni mencapai AS$401 juta.
Apa pasal? Ternyata, masalahnya tidak jauh berbeda dengan masalah-masalah yang dihadapi industri produk pertanian yang lain. Seperti, tidak ada perhatian dari pemerintah, dalam arti, tidak ada kemudahan di bidang perizinan usaha, kredit modal kerja, penyuluhan proses penyulingan, pengepakan, dan pemasaran.
Belum lagi, cengkeraman tengkulak yang terkadang melakukan pengoplosan.Sehingga, mutu/kualitas minyak atsiri Indonesia menjadi sukar diterima pasar internasional.
Di sisi lain, untuk para pemainnya yang kebanyakan masuk ke dalam skala Usaha Kecil Menengah, biasanya terbentur pada pembuatan atau pembelian alat produksi.
Hal itu, diamati oleh PT Pavettia Atsiri Indonesia (PAI) yang bergerak dalam bidang minyak atsiri dalam skala produksi. Perusahaan yang didirikan pada tahun 2006 oleh Antonius Dian Adhy Feryanto dan rekan-rekannya tersebut, lalu melakukan diversifikasi dengan membuat peralatan untuk membuat minyak atsiri.
“Awalnya, kami membuat alat atau mesin untuk membuat minyak atsiri, untuk membantu kami dalam memproduksi minyak atsiri. Dalam perkembangannya, ketika peralatan tersebut sedang menganggur, ternyata ada yang berminat menyewanya. Kami mempersilahkan saja. Tapi, kalau bahan baku kami sedang menumpuk (baca: siap berproduksi, red.) ya terpaksa alat-alat itu tidak kami sewakan,” kataFery, begitu ia akrab disapa.
Sekadar informasi, minyak atsiri atau yang juga dikenal dengan istilah minyak eteris, minyak esensial, minyak terbang, dan minyak aromatik ini merupakan bagian dari minyak nabati. Minyak yang dihasilkan dari bunga, batang, buah, biji, daun, maupun akar berbagai macam tumbuhan tersebut merupakan bahan dasar industri perminyakan, wewangian, makanan, dan farmasi.
Untuk menghasilkan minyak atsiri harus dilakukan penyulingan atau distilasi. Sementara, perangkat yang digunakan hanya disebut alat penyulingan. Nah, alat inilah yang sejak dua tahun lalu, disewakan oleh PAI kepada para pemula (masih dalam taraf belajar atau coba-coba) di bisnis minyak atsiri dan komunitas/jejaring mereka.
“Tujuan kami dengan menyewakan alat penyulingan ini yaitu untuk menambah income perusahaan, sekaligus membantu teman-teman yang mau terjun ke bisnis ini, tapi belum mau invest di alat. Maksudnya, mereka masih ingin konsentrasi pada bagaimana caranya bisa memperoleh bahan baku terlebih dulu, sembari belajar tentang memproses minyak atsiri,” ujar sarjana teknik kimia, Institut Teknologi Bandung, ini.
Di samping menyewakan alat (yang ditangani oleh divisi penyewaan alat), PAI yang memiliki beberapa divisi ini juga mempunyai divisi workshop (pembuatan alat-alat penyulingan). Divisi tersebut, bertugas memenuhi pemesan pembuatan alat penyulingan.
Dengan demikian, selain menyewakan alat penyulingan, perusahaan yang home industry-nya berlokasi di Ciawi (Bogor) dan Sagalaherang (Subang) ini juga menjualnya. “Saat ini, bengkel kami telah ter-istall dengan lebih dari 20 unit penyulingan se-Indonesia,” ucap kelahiran Temanggung ini.
Untuk menyewanya, ia menambahkan, tarifnya tergantung pada komoditas atsiri yang akan disuling, jumlah minyak yang diperoleh per sekali suling (seperti Minyak Pala), dan jumlah bahan baku yang disuling (seperti Nilam atau Sereh).
Dalam proses sewa-menyewa ini, penyewa harus menyediakan sendiri bahan bakunya sesuai dengan batas minimal. Sedangkan, untuk mengoperasikan alat tersebut hanya boleh dilakukan oleh pegawai (operator) PAI.
“Kami tidak ‘melepaskan’ alat ini ke penyewa. Alat ini tetap di pabrik kami dan operator kamilah yang mengoperasikannya. Sehingga, jika muncul masalah pada alat ini, sepenuhnya tanggung jawab kami,” ungkapnya.
Di sini, ia melanjutkan, terdapat dua jenis alat penyulingan yaitu yang terbuat dari besi dan yang terbuat dari baja tahan karat. “Besi, kami gunakan karena investasinya murah. Sedangkanstainless steel, kami gunakan untuk membuat jernih warna beberapa jenis minyak atsiri. Misalnya,Minyak Pala,” katanya.
Sementara untuk kapasitasnya, untuk penyulingan rempah-rempah tersedia dalam kapasitas 30 kg, 100 kg, dan 250 kg. Untuk penyulingan daun-daunan, tersedia dalam kapasitas 100 kg dan 200 kg.
Namun, meski fungsinya untuk menghasilkan minyak atsiri, tapi berbeda bahan baku, maka berbeda pula mesin penyulingan yang digunakan. Contoh, alat penyulingan untuk menghasilkan Minyak Pala hanya bisa digunakan untuk memproses Pala kering. Sedangkan, jika akan memproduksi minyak-minyak atsiri yang lain, seperti Minyak Cengkeh, Sereh Wangi, Kayu Manis, atau Nilam mesti menggunakan mesin penyulingan yang lain lagi.
Selain itu, alat ini tidak dapat digunakan untuk memproduksi minyak atsiri yang berbahan baku bunga-bungaan, seperti Mawar dan Melati. “Karena, prosesnya berbeda,” pungkas Fery. yang melalui PAI, kini telah membuat alat penyulingan yang khusus untuk disewakan.