Noni Zakiah Busana Muslim
Menutup aurat, wajib hukumnya bagi para muslimah. Tapi, selayaknya perempuan dan sejalan dengan perkembangan zaman, tidak berarti mereka harus meninggalkan sifat dasar mereka yang ingin selalu tampil modis atau fashionable. Sekali pun, busana yang mereka kenakan disyaratkan serba panjang, tertutup, dan longgar. Seperti, busana-busana muslimah rancangan Noni Zakiah ini
[su_pullquote align=”right”]Model rancangannya dipadu dengan gaya yang telah ada di mancanegara[/su_pullquote]e-preneur.co.Sebelum menjadi tren seperti saat ini, dulu berbusana muslim selalu dianggap kuno, ketinggalan zaman. Penyebabnya, tidak lain karena modelnya begitu saja. Sehingga, terkesan monoton. Akibatnya, jarang wanita yang mau memakainya.
Namun, di tangan desainer muda Noni Zakiah Besyir, tidak demikian kondisinya. Perempuan berumur 25 tahun ini, mengubah busana muslim menjadi terlihat lebih modis bagi pemakainya.
Awal ketertarikan Noni merancang busana muslim yaitu saat ia merasa kesulitan memperoleh baju, yang sesuai dengan ukuran tubuhnya yang agak besar. Dari pengalaman itu, perempuan murah senyum ini berpikir untuk merancang baju bernuansa muslim dengan berbagai model.
“Aku selalu kewalahan kalau mau ke pesta. Harus menjahit dan mendesain dulu. Dari situlah idenya,” kata Noni, saat ditemui di Noni Zakiah, butiknya yang berlokasi di Plaza FX, Jakarta Selatan.
Anak ketiga dari lima bersaudara ini tidak pernah menyangka, ternyata baju hasil jahitannya tersebut banyak yang memuji. Bukan cuma itu, tidak sedikit yang memesan untuk dibuatkan baju pesta yang serupa.
Akibatnya, perlahan tapi pasti, desainer yang dahulu merupakan perancang baju-baju “terbuka” ini, kebanjiran order. Peminatnya juga semakin bartambah.
Awal tahun 2010, wanita asal Yogyakarta ini memantapkan niatnya untuk merintis usaha busana muslim. Noni juga mulai meninggalkan bisnis lamanya yakni berjualan kerudung via online.
Niat itu semakin mantap, setelah ia masuk tiga besar dalam sebuah perlombaan besar merancang busana muslim yang digelar di Jakarta. Sejak itu, nama Noni sebagai desainer busana muslim Ibukota pun mulai diperhitungkan.
Dengan menggunakan brand Nonic Fashion, ia mulai mengikuti berbagai pergelaran busana muslim di beberapa kota di Indonesia. Tapi, brand tersebut tidak lama ia pakai.Karena, sudah ada desainer lain yang terlebih dulu mematenkan.Dan, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-23, pada 26 Mei 2011, ia mengubah nama brand-nya menjadi Noni Zakiah.
Soal modelnya, sarjana komunikasi dari Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta, ini mengaku kalau fashion yang ia buat berkiblat pada fashion luar negeri. Selain itu, baju yang dibuatnya tidak mengikuti tren yang sudah ada. Dalam arti, model rancangannya dipadu dengan gaya yang telah ada di mancanegara.
“Untuk busana muslimnya, aku yang mendesain. Tapi, untuk model dan hiasannya aku comot dari model-model busana mancanegara. Aku juga membuat semua rancanganku tidak mengikuti yang sedang in, tapi tergantung mood-ku,” jelasnya.
Untuk memperkaya ilmu dalam rancang-merancang busana muslim, Noni yang setiap tiga bulan sekali mengganti model pakaian yang dijualnya ini, sering bertukar ide dengan sesama perancang. Dengan begitu, muncul keakraban di antara mereka, bukan persaingan.
“Aku sering meminta saran kepada sesama perancang tentang desain bajuku. Karena, bagiku, mereka itu bukan pesaing, melainkan pelengkap, “ ucapnya. Contoh, jika ada seseorang yang mau membeli baju di tempatnya dan pembeli itu meminta dicarikan bawahannya tapi tidak ada, maka tidak segan ia mencarikan ke butik temannya.
Untuk konsumennya, datang dari beragam kalangan mulai dari mahasiswa hingga Ibu-ibu gaul. “Sebenarnya, aku membuat busana untuk mereka yang berumur 18−30 tahun. Tapi, ternyata, banyak konsumenku yang telah berumur 40 tahun loh,” katanya.
Sedangkan dalam pemasarannya, ia tidak hanya berkutat di Jakarta, tapi juga Bogor, Bandung, Yogyakarta, Pekanbaru, Balikpapan, dan Singapura. “Kalau yang di luar kota itu reseller-ku. Mereka mengambil daganganku. Banyak sekali permintaan dari mereka, bahkan ada yang sampai sebulan dua kali,” kata Noni, yang di awal usahanya mengeluarkan modal Rp15 juta.
Ke depannya, Noni ingin menggelar pergelaran busana tunggal di luar negeri. Selain itu, ia juga berharap rancangannya bisa go international. “Aku juga ingin mempunyai butik atas namaku sendiri seperti butik House of Noni,” pungkas gadis, yang diamanati orang tuanya agar selalu tersenyum dan bersyukur, baik pada saat dagangannya sedang sepi atau ramai ini.