Home / Celah / Helmnya Bersih, Omset Pebisnisnya Wangi

Helmnya Bersih, Omset Pebisnisnya Wangi

Cuci Helm

Sepeda motor dan helm ibarat panci dengan tutupnya. Bila pasar bisnis pencucian sepeda motor masih sangat terbuka lebar, meski sudah banyak yang “bermain” di sana, demikian pula dengan usaha pencucian helm. Healthy Helm menjadi salah satu buktinya

[su_pullquote align=”right”]Mesin pengering Healthy Helm mampu mengeringkan helm dalam waktu setengah jam![/su_pullquote]

 e-preneur.co.Apa bedanya celana dalam dengan helm? Jawabnya, celana dalam yang jelas-jelas letaknya di dalam celana yang lain alias tidak terlihat langsung, setiap hari dipakai dan hampir setiap hari pula dicuci. Sedangkan helm yang terlihat langsung karena letaknya di atas kepala dan dipakai setiap hari, boro-boro dicuci setiap hari, setahun sekali saja belum tentu, bukan?

Guyonan inilah, di samping marketnya yang masih sangat besar, yang menjadi pendorong lima alumni Universitas Trisakti, Jakarta, yaitu BC Baskoro, Rosmanto Ronzji, Riki Aryadi, Chaca, dan Sooleman Makartoro, membuka usaha pencucian helm.

cuci helm-2“Pada awalnya, secara guyonan kami ingin membuka usaha pencucian sepeda motor.Mengingat, pasarnya masih sangat besar.Meski, bisnis ini sudah merajalela. Lantas, pada tahun 2007, bisnis pencucian sepeda motor pun kami jalankan,” tutur BC Baskoro.

Dalam perjalanannya, mereka juga menginginkan bisnis yang unik, bukan sekadar pencucian sepeda motor. Dan, tercetuslah ide membuka bisnis pencucian helm, sekitar akhir tahun 2008. Usaha itu dinamai Healthy Helm.

Mencuci helm itu pekerjaan yang mudah. Tapi, tidak dengan mengeringkannya. Sebab, membutuhkan waktu yang relatif lama.

“Kami pun melakukan eksplorasi terhadap mesin pengeringnya. Dari model pertama, mesin pengering helm ini dapat mengeringkan helm dalam waktu empat jam. Tapi, akhirnya, kami merasa kasihan kepada konsumen yang harus menunggu begitu lama. Kalau mereka memiliki helm yang lain ya tidak masalah. Kalau tidak kan mereka terpaksa membeli yang baru. Risiko di kami, konsumen yang tidak tahan menunggu helmnya kering, tentu tidak akan mengambil lagi helmnya,” kata pria, yang akrab disapa Bagas ini.

Bertolak dari situ, mereka melakukan berbagai eksplorasi lagi untuk mendapatkan mesin pengering, seperti yang mereka maui. Eksplorasi demi eksplorasi yang menghabiskan dana Rp45 juta (dari total modal awal sebesar Rp60 juta–Rp75 juta, red.) itu, akhirnya menghasilkan mesin pengering yang mampu mengeringkan helm dalam waktu setengah jam.

Messagenya yaitu dapat mencuci secara cepat dan berkualitas. Karena itu, harus digunakan alat-alat pendukung yang bersifat tetap, agar tidak tergantung sepenuhnya pada human skill, mengurangi human error, dan mempercepat proses. Tapi, untuk proses pencuciannya sendiri masih bersifat manual,” jelasnya.

Berkaitan dengan sistem pencucian yang masih bersifat manual itu, juga dilakukan berbagai eksplorasi.Seperti, bagaimana sebaiknya mencuci helm-helm tersebut dan mengenal berbagai tipe helm baik dari bahan yang digunakan, kualitas, dan harga, serta ukurannya.

“Helm-helm yang mahal justru lebih mudah dilepaskan bagian per bagian, dibersihkan, dan dipasang kembali ketimbang helm-helm murah, yang pada umumnya hanya direkatkan dengan lem. Semua proses itu harus dilakukan secara manual. Selain itu, proses pencucian helm yang menggunakan sabun, pengharum, dan pelembut khusus ini―agar tidak merusak rambut atau menimbulkan alergi pada kulit kepala pemakainya―juga hanya dapat dilakukan secara manual,” katanya.

Total, Bagas melanjutkan, Healthy Helm hanya membutuhkan waktu satu jam untuk mencuci hingga mengeringkan sebuah helm. Waktu yang relatif cepat itulah yang mereka jadikan tagline. “Healthy Helm adalah salon helm pertama untuk sistem kecepatan pencucian” ujarnya.

Hasilnya, helm akan bersih dan wangi selama tiga minggu dan dengan tarif yang jauh lebih murah dibandingkan dengan sebuah salon helm lain. Di samping itu, konsumen tidak harus menunggu 1−2 hari kemudian untuk bisa mendapatkan helmnya kembali.

Kini, Healthy Helm telah memiliki outlet di Pondok Gede (Bekasi), Ciganjur (Jakarta Selatan), dan Cirendeu (Jakarta Selatan). Per harinya, di setiap outlet yang masing-masing dikelola satu karyawan dan memiliki tiga mesin pengering ini, dapat dicuci minimal 8–10 helm.

Selanjutnya, dengan maksud mengembangkan sayap, Healthy Helm menawarkan kerja sama dalam bentuk distributor, channeling, dan kerja sama operasional (KSO). Untuk mereka yang berminat menjadi distributor dibebankan biaya pembelian “merek” Healthy Helm.Lantas, Healthy Helm akan memberikan bantuan promosi, training, seragam, mesin pengering, dan sebagainya.

“Distributor ini terdapat di setiap kota. Salah satu keuntungan menjadi distributor yaitu jika ia mampu membuka satu outlet (semacam downline, red.) saja di kota itu, maka ia akan memperoleh margin. Di sisi lain, jika seorang pengusaha di suatu kota ingin menjadi distributor, padahal di kota itu sudah ada distributor kami, maka kami akan menyarankan pengusaha itu untuk menghubungi distributor kami tersebut,” jelasnya. Healthy Helm kini telah memiliki lima distributor yang tersebar di Bandung, Samarinda, Balikpapan, Yogyakarta, dan Bali.

Untuk menjadi channeling, Bagas melanjutkan, juga harus membeli “merek” Healthy Helm. Selanjutnya, sama halnya dengan distributor, Healthy Helm akan memberikan bantuan promosi, training, seragam, pinjam pakai mesin pengering, dan sebagainya. Sedangkan channeling hanya menyediakan tempat, listrik, dan air.

“Bila mesin pengeringnya bermasalah, kami akan segera menggantinya. Karena, kepemilikannya masih ada pada kami. Kerja sama ini berlangsung selama dua tahun. Bila channeling berminat melanjutkan hubungan kerja sama, maka ia harus mengeluarkan biaya lagi sebagai tanda bukti atau jaminan. Di samping itu, juga ada dana pemeliharaan mesin,” ungkapnya. Healthy Helm kini telah memiliki channeling di Cikarang, Semarang, dan Samarinda.

KSO, ia menambahkan, bersifat gratis dan masih difokuskan di Jakarta dan sekitarnya. Healthy Helm yang kini memiliki KSO di Kalimalang dan UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, ini hanya mensyaratkan tempat yang cukup luas (2 m x 3 m), memiliki muatan listrik 900 watt, dan persediaan air yang cukup. Misalnya, tempat penitipan atau tempat pencucian sepeda motor. “Karena, kami yang nantinya memodali, maka kerja sama ini bersifat bagi hasil,” ujarnya.

Berbicara tentang prospek, menurut data statistik dari Samapta Subdit Lantas Polri tahun 2005, jumlah sepeda motor sebanyak 35 juta, dengan estimasi dan asumsi rata-rata pertumbuhan 22% per tahun. Dengan demikian, pada tahun 2008, terdapat lebih dari 63 juta sepeda motor.

Jika setiap pemilik sepeda motor memiliki minimal dua helm, maka terdapat lebih dari 126 juta helm. Bila 126 juta helm itu dibagi penyebarannya di 40 kota besar di Indonesia, maka di setiap kota tersebut terdapat lebih dari 3 juta helm. “

“Kalau 5% saja dari 3 juta helm itu mau dicucikan, maka di setiap kota dibutuhkan 530 outlet untuk mencuci helm-helm itu!” jelasnya. Jadi, bisa Anda bayangkan berapa banyak helm yang harus dicuci saat ini. Sebuah celah bisnis yang sangat menjanjikan, bukan?

Check Also

Banyak Peminatnya

Rental Portable Toilet Kehadiran toilet umum—terutama yang bersih, nyaman, wangi, dan sehat—menjadi salah satu kebutuhan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *