Home / Kiat / Berjualan Sekaligus Berdakwah

Berjualan Sekaligus Berdakwah

Kerling Rabbani

Jemput bola, boleh dibilang strategi yang (meminjam bahasa anak muda gaul) sudah basi. Tapi, karena hasilnya selalu efektif, pebisnis kelas kakap seperti Rabbani pun tidak mau ketinggalan ikut menggunakannya, melalui Kerling-nya

[su_pullquote align=”right”]Kerling Rabbani bukan hanya menjual kerudung dan berbagai busana muslimah lain, melainkan juga berdakwah[/su_pullquote]

e-preneur.co. Jemput bola merupakan salah satu dari sekian strategi paling ampuh dalam dunia bisnis. Biasanya, taktik ini dijalankan guna bertahan dari berbagai gempuran para pesaing. Di samping itu, juga upaya untuk melebarkan sayap penjualan dan pemasaran.

Strategi ini bukan hanya dijalankan oleh kalangan pebinis kecil, melainkan juga yang sudah termasuk kelas kakap seperti Rabbani, outlet busana muslim yang hadir sejak tahun 1994. Dalam hal ini, Rabbani yang dibangun oleh pasangan suami istri Amry Rabbani dan Nia Kurnia ini, menghadirkan Kerudung Keliling (Kerling) Rabbani.

kerling rabbani-2Memang strategi jemput bola sudah dijalankan oleh banyak pebisnis.Tapi, karena merasa cukup efektif, maka kami pun merasa perlu untuk tetap melaksanakannya,” kata Chandra Rahmad.

Di sisi lain, Bandung merupakan kota yang luas dan padat dengan lalu-lintas yang selalu ramai. Imbasnya, untuk mencapai tempat yang satu ke tempat yang lain dibutuhkan waktu yang cukup lama. Dengan (Kerling) Rabbani yang mendatangi masyarakat, Insya Allah akan lebih memudahkan mereka mendapatkan produk-produk Rabbani,” lanjut Marketing Manager Rabbani Ho ini.

Pada prinsipnya, Chandra melanjutkan, Rabbani melalui Kerling bukan hanya menjual, melainkan juga berdakwah. Sehingga, tidak cuma mengajarkan bagaimana caranya memakai kerudung, tapi juga mengedukasi para muslimah agar mereka sadar akan kewajiban mereka menutup aurat.

“Pada kegiatan ini, target kami yaitu menambah jumlah muslimah yang berkerudung,” ungkapnya. Hal ini, memang sesuai dengan konsumen yang menjadi target Rabbani yaitu semua muslimah dari berbagai kalangan dan umur.

Di dalam Kerling yang menggunakan mobil jenis MPV (karena dinilai lebih ekonomis dan lapang, red.), tersedia berbagai macam kerudung plus kemeja koko, kaus koko, kaus tunik, dan lain-lain denganharga, model, dan kualitas yang sama dengan yang tersedia di outlet-outlet Rabbani.Sedangkan bentuk kegiatannya berupa bazar.

“Untuk saat ini, Kerling masih kami terapkan di Bandung saja. Sebagai proyek percontohan. Insya allah ke depannya, program ini kami terapkan ke seluruh cabang Rabbani,”ucapnya. Ya, dalam perjalanannya, Kerling ada di setiap outlet Rabbani.

Kerling yang berwarna pink ini akan beroperasi setiap hari dengan berpindah-pindah tempat, pada jam 09.00−17.00. “Tujuannya yaitu untuk mengukur potensi area tersebut, sekaligus untuk membentuk citra merek Rabbani ke semua kalangan,” katanya.

Sedangkan yang disasar yaitu berbagai area kegiatan seperti perumahan, majelis ta’lim, dan sekolah-sekolah di sekitar Bandung, dengan pertimbangan area tersebut sangat potensial untuk memasarkan kerudung dan busana muslim, terlebih di bulan puasa.

Nah, agar masyarakat mengetahui kehadiran Kerling, tim sales Rabbani yang mengelola Kerling ini menggunakan cara yang paling efektif yaitu spanduk dan brosur.Namun, tidak berarti jalan yang harus dilalui Kerling mulus-mulus saja. Ada beberapa kendala yang harus dihadapi, seperti kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM). “Untuk itu, kami merekrut SDM khusus untuk aktivititas ini,” ungkapnya.

Kini, Kerling sudah diterapkan ke seluruh cabang Rabbani. “Sehingga, pencitraan merek dan penyebaran produk bisa lebih optimal, dapat menjangkau pasar atau pelanggan kami di wilayah-wilayah sekitarnya, atau bahkan membuka pasar baru,” pungkasnya. Belanja yuk, Bu.

Sekelumit tentang Rabbani

Rabbani dibangun berawal dari kepahitan dan kesulitan hidup yang luar biasa, yang dialami Amry Rabbani dan sang istri, Nia Kurnia. Outlet busana muslim yang menjual hasil rancangan mereka sendiri ini, berlokasi di kawasan Sekeloa, Bandung.

Meski hanya berukuran 2 m² x3 m²,outlet yang berdiri pada tahun 1994 itu memiliki arti istimewa bagi mereka. Karena, selain berfungsi sebagai penyalur hobi, juga memberikan sumber penghasilan dan nafkah bagi keluarga.

Rabbani yang berarti para pengabdi Allah yang mau mengajarkan dan diajarkan Kitaballah itu, juga diharapkan dapat memberi kontribusi yang besar dalam syiar dan dakwah Islam bagi para muslimah, agar memenuhi kewajiban mereka dalam menutup aurat.

Namun, perkembangan bisnis Rabbani yang pada awal berdirinya hanya memiliki satu karyawan itu, belum menunjukkan perubahan yang signifikan.Meski, sudah berumur setahun dan pindah ke Jalan Dipati Ukur.

Lantas, seiring dengan berjalannya waktu, karena rancangannya selalu inovatif dan berbeda dengan yang lain, Rabbani akhirnya mengalami perkembangan pesat. Hal ini “memaksa” Rabbani memidahkan outletnya ke Jalan Hasanuddin, pada tahun 2001. Lalu, pada tahun 2007, Rabbani akhirnya memiliki “sarangnya” sendiri yaitu Gedung Rabbani Ho di Jalan Dipati Ukur.

Perkembangan Rabbani juga meluas ke pemasarannya yaitu dengan pemasaran langsung ke end-user dan juga dengan membina networking, dengan membuka mitra dealer atau distributor tunggal per kota atau kabupaten (saat wawancara ini dilakukan, Rabbani memiliki 230 dealer dan 180 struktural, red.) dan mengembangkan networking pengembangan outlet atau reSHARE (retail outlet syariah) Rabbani (saat itu, Rabbani dan mitranya mengelola sembilan cabang reSHARE di tujuh kota yaitu Bekasi, Jambi, Surabaya, Banjar, Tasikmalaya, Malang, dan Wonosbobo, red.). Di samping itu, Rabbani juga membuka pola networking marketing AS (markAS).

Untuk mendukung pengembangan strategi pemasaran ini, Rabbani yang juga memiliki outlet di Jalan Margonda Raya (Depok) dan Jalan Raya Jatinangor (Sumedang),mengembangkan dan menambah kapasitas produksinya dengan mendirikan empat pabrik garmen yang memasok seluruh produk Rabbani, seperti kerudung sebagai produk utama, busana muslim seperti gamis, tunik, T-shirt muslimah, koko, kazko, manset, dan sebagainya. Keempat pabrik tersebut bertempat di Bandung dengan karyawan hampir mencapai 1.000 orang.

Check Also

“Naik Kelas” dengan Mengganti Gerobak Dorong dengan Outlet Permanen Berkonsep Restoran

Bakmi Gila Usaha kakilima banyak diminati para pelaku usaha. Selain itu, konsep PKL mempunyai potensi …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *