Bekisar
Kehadiran sistem inseminasi buatan dan mesin tetas, membuat penangkaran Bekisar yang selama ini tidak gampang dan lama menjadi lebih mudah. Telur yang dihasilkan lebih banyak dan tingkat keberhasilan penetasannya hampir 100%. Bukan cuma itu, harga jualnya tetap tinggi
[su_pullquote align=”right”]Telurnya saja di hargai Rp40 ribu/butir!!![/su_pullquote]
e-preneur.co. Tahukan Anda, jika Ayam Bekisar merupakan hasil perkawinan antarwarga unggas? Tepatnya, antara Ayam Hutan Hijau jantan (Latin: gallus varius, red.) dengan Ayam Kampung betina (Latin: gallusgallus domesticus, red.).
Menurut asal muasalnya, perkawinan kedua unggas tersebut terjadi secara alamiah. Lalu, karena satu dan lain hal, manusia campur tangan dengan melakukan semacam kawin paksa terhadap mereka yang disebut dodokan.
Cara ini tidak gampang dan membutuhkan waktu yang lama. Sebab, pertama, harus menjinakkan pejantannya terlebih dulu. Padahal, Ayam Hutan jantan dikenal sebagai ayam liar dan penakut. Kedua, ayam ini hanya mampu mengawini 1−2 babon (Jawa: ayam betina, red.) dalam satu kali masa kawin. Itu pun membutuhkan jeda lama dan mau tidaknya ia kawin lagi.
Kondisi ini, diatasi dengan menggunakan sistem inseminasi buatan (IB) dan mesin tetas. “Dengan teknologi ini, kurang dari tiga bulan setelah pejantan dijinakkan, spermanya sudah dapat dipanen. Sperma dari satu pejantan dapat digunakan untuk ‘menghamili’ 25 babon, secara serentak. Setelah bertelur dan dibiarkan beristirahat sejenak, induk ayam dapat ‘dipaksa’ bertelur lagi. Sedangkan telur-telurnya, dierami dan ditetaskan oleh mesin tetas,” kata Triatmo BS, pakar Bekisar.
Jadi, Anda dapat membayangkan berapa kali lipat perbandingan jumlah telur dalam perkawinan alamiah, secara dodokan, dan dengan sistem IB. “Sekali bertelur, babon akan mengeluarkan 12−15 butir. Melalui mesin tetas, jika berhasil ditetaskan sekitar tujuh butir saja, itu sudah lebih dari cukup. Artinya, tingkat keberhasilannya 100%,” imbuh pria, yang telah menghasilkan ratusan ribu Bekisar berkualitas dengan sistem IB dan mesin tetas, di peternakannya di Cibinong, Bogor.
Campur tangan manusia tidak berhenti sampai di situ. “Dulu, yang dimaksud dengan Ayam Kampung betina yaituAyam Wareng betina. Sekarang, menurut taksonominya (sistem klasifikasi khusus dalam dunia flora dan fauna, red.), hasil perkawinan dengan cara apa pun antara Ayam Hutan Hijau jantan dengan Ayam Kampung atau Ayam Ras betina (Ayam Bangkok, Kate, Wareng, Kedu, Pelung, Serama, dan lain-lain) adalah Ayam Bekisar!” tegas dokter hewan lulusan Institut Pertanian Bogor ini.
Berkaitan dengan itu, anak ayam yang dihasilkan dari perkawinan Bekisar jantan dengan babon jenis apa pun, bahkan Bekisar betina, tidak dapat disebut sebagai Bekisar. Di sisi lain, sebuah sumber mengatakan bahwa Bekisar itu sebenarnya mandul.
“Bekisar jantan yang dikawinkan dengan Bekisar betina, misalnya,memungkinkan menghasilkan telur. Tapi, akan terjadi kelainan pada telurnya.Sehingga,telur tersebut kemungkinan besar tidak akan pernah menjadi kuthuk (Jawa: anak ayam, red.) atau akan segera mati setelah menetas,” jelas Atmo, sapaan akrabnya.
Bekisar, apa pun induknya, memiliki suara merdu dan penampilan fisik yang indah (untuk menghasilkan suara indah dan khas, khusus untuk Bekisarnya, Atmo melakukan seleksi genetis yang ketat pada indukannya, red.). Tak pelak, unggas yang habitat aslinya di Pulau Jawa, Madura, Bali, dan Nusa Tenggara Barat ini, memiliki nilai jual tinggi.
“Bahkan, saat masih berujud telur berembrio yang belum diketahui jantan atau betina, ia sudah dihargai Rp40 ribu/butir. Sedangkan Bekisar yang baru menetas, laku dijual dengan harga Rp50 ribu/ekor,” ujar hobiis, peternak, juri, sekaligus pawang Bekisar, yang pernah mengirimkan pesanan sebanyak 100 butir telur Bekisar ke Jepang ini.
Untuk Bekisar yang baru berumur enam bulan, dia melanjutkan, tapi sudah menunjukkan memiliki suara bagus, harganya selangit. Bahkan, yang bersuara jelek pun masih tetap laku di pasaran dengan harga Rp200 ribu/ekor.
“Bekisar bersuara bagus yang dipelihara hingga berumur setahun, dapat dijual dengan harga minimal Rp1 juta,” kata Atmo, yang pernah menjual Bekisar berumur setahun dengan harga Rp1,5 juta/ekor. Ia juga pernah menjual unggas penyanyi ini dengan harga Rp20 juta/ekor. Harga-harga ini akan berubah, bila dibeli dengan tujuan hanya untuk dipelihara.
Sayang, nasib mujur Bekisar jantan tidak terjadi pada Bekisar betina. Sebab, setelah menjadi kuthuk dan diketahui jenis kelaminnya melalui suatu seleksi, bisa jadi Bekisar betina akan dibesarkan, lalu dikonsumsi layaknya ayam.
“Bisa jadi pula, ia langsung diolah menjadi bahan makanan tambahan binatang peliharaan,” ucap Atmo, yang dari “bisnis” Bekisar ini pernah meraih omset Rp50 juta. Anda juga tertarik berbisnis Bekisar? Ikuti saran dari drh. Triatmo BS berikut ini
Catatan:
[su_highlight]Bagi Anda yang ingin menangkar Bekisar tapi hanya mempunyai lahan sempit, Triatmo menyarankan dengan cara inseminasi buatan dan mesin tetas. Tapi, karena Ayam Hutan Hijau jantannya susah dicari dan ditaklukkan, maka sebaiknya langsung dimulai dari telurnya. Dalam proses penangkaran ini, Anda juga membutuhkan mesin tetas yang bisa Anda buat sendiri atau dengan membelinya. Idealnya, dibutuhkan empat mesin tetas (yang juga berfungsi untuk mengerami) di mana setiap mesin tetas berkapasitas 100 butir telur. Dengan empat mesin tetas tersebut, jika telur-telur dimasukkan secara berurutan, kemungkinan menetas akan terjadi setiap minggunya. Sedangkan bila dimasukkan secara serentak, maka dalam 21 hari semuanya akan menetas. Sementara kebutuhan akan listrik pada mesin tetas hanya delapan jam/hari.Di luar itu, penggunaan tenaga kerja dapat dihilangkan. Dalam penangkaran ini, kita mengabaikan kemungkinan tidak semua telur yang menetas berjenis kelamin jantan. Karena, kemungkinannya 50:50.Sementara tingkat keberhasilan dalam penangkaran ini mencapai 80%. Bila Anda ingin meneruskannya hingga berumur setahun, Anda bisa memulainya dari bekisar yang baru menetas hingga berumur setahun.[/su_highlight]