Home / Frontline / Menjadi Wirausahawan Karena Jeli Melihat Peluang

Menjadi Wirausahawan Karena Jeli Melihat Peluang

Raja Risol

Tantangan untuk membuat presentasi usaha dalam mata kuliah kewirausahaan yang mereka ikuti, tidak pernah mereka sangka akan menghasilkan produk makanan inovatif, yang berlanjut dengan membuka usaha yang diberi nama Raja Risol. Hasil akhirnya, dagangan laris manis dan mereka mampu membiaya kebutuhan hidup mereka sendiri

[su_pullquote align=”right”]Tantangan utama usaha ini yaitu kami harus menanggalkan label mahasiswa dan menjadi penjual risol[/su_pullquote]

e-preneur.co. Bisnis kuliner masih menjadi idola pengusaha baru. Sebab, beragam jenis makanan, dari yang berat hingga ringan, memberikan peluang menjanjikan.

Bahkan, hal ini pun berlaku untuk usaha berbasis varian camilan, yang lazim ditemui dan jamak adanya. Seperti, usaha risol yang dilakoni empat pemuda di Medan, yang tergabung dalam label usaha Raja Risol. Mereka (Azhar Indra Rifangi, Raja Rizky Ramadhan, Tedja Mukti Raharja, dan Fauzi Zulmi) mampu mengemas risol menjadi makanan ringan spesial.

Ide itu tercipta sejak tahun 2012, tatkala mereka sedang mengikuti mata kuliah kewirausahaan di Jurusan Ilmu Komputer, Universitas Sumatera Utara, Medan.Saat itu, semua mahasiswa yang mengambil mata kuliah itu ditantang untuk membuat tugas presentasi sebuah usaha.

Raja Risol Owner (3)-Azhari.jpgMereka pun membuat risol dan mempresentasikannya ke depan ruang kuliah. Hasilnya, bagus. Dari situ, mereka melihat ternyata peluang risol sangat besar.“Alasan kami memilih usaha risol, karena risol merupakan salah satu makanan favorit untuk semua kalangan,” ujar Azhar Indra Rifangi, mewakili ketiga kawannya.

Setelah ide membuat usaha risol itu muncul, pemuda kelahiran 21 Januari 1992 ini menambahkan, mereka berempat sepakat mengeluarkan dana pribadi sebesar Rp50 ribu/orang. Total uang Rp200 ribu tersebut, dibelikan bahan baku untuk membuat risol.

Dengan resep yang dicari dan diramu dari berbagai sumber, risol pun dibuat. Beberapa percobaan sempat gagal.Hingga, akhirnya, mereka menemukan formula terbaik. Dan, Mei 2012, mereka resmi memperkenalkan Raja Risol ke publik.

Untuk kali pertama pemasaran, Azhar dan kawan-kawan menggunakan BlackBerry messenger (BBM) dengan sasaran utama yakni kawan-kawan kampus dan keluarga. Dari BBM, pemasaran berlanjut ke twitter, instagram, lalu membuka stan di area ramai seperti kampus. Bahkan, tidak jarang mereka mengikuti berbagai event.

“Responnya sangat baik, meski harus kerja keras di awal pengenalan produk hingga product delivery. Tapi, seiring dengan waktu, kami terus berjalan dan bertahan hingga saat ini. Apalagi, target utama kami yaitu kawan-kawan sesama mahasiswa. Inilah yang memicu semangat kami tetap ada,” tegas Azhar.

Namun, diakuinya, jika bukan itu yang justru menjadi kendala utama mereka, “Kendala pertama justru ketika kami harus ber-jibaku dengan jadwal kuliah, tugas menumpuk, dan lain-lainnya. Bahkan, kami terpaksa menunda skripsi. Dari kami berempat, dua sudah lulus kuliah dan dua lagi masih ‘berjuang’,” beber mahasiswa semester akhir ini. Di samping itu, mereka juga harus menanggalkan label mahasiswa dan menjadi penjual risol.

Risol milik Raja Risol memiliki isi keju, sosis, dan cokelat yang dibanderol dengan harga (waktu wawancara ini dilakukan) Rp3 ribu/potong. Dalam perkembangannya, risol yang dijual tidak lagi cuma siap saji. Raja Risol jugaberinovasi dengan menyediakan risol beku yang tinggal digoreng.

“Awalnya, memang hanya risol goreng di tempat. Lalu, kami berpikir, bagaimana caranya konsumen bisa terus menyantapnya dalam kondisi hangat, di mana pun mereka berada dan kapan pun mereka ingin memakannya. Kemudian, kami menciptakan risol beku. Pelanggan tinggal membeli dan lantas menggorengnya sendiri di rumah. Jadi, selalufresh,” jelasnya. Risol beku ini dijual dengan harga Rp2.800,-/potong.

Raja Risol (6)Kini, dalam seminggu, mereka memproduksi 800 potong dan langsung habis. Dalam berproduksi, Raja Risol dibantu lima karyawan. “Produksi bisa meningkat seiring permintaan. Kami menjualnya baik dalam bentuk pack di mana satu pack berisi lima risol maupun satuan. Berapa pun kami layani, sebab konsumen juga raja,” ucapnya.

Azhar mengakui, usaha ini sudah balik modal sejak enam bulan membuka usaha. Dan, kini, omsetnya bisa mencapai Rp10 juta/bulan. “Dengan usaha ini, paling tidak, kami bisa membiayai diri sendiri. Sementara untuk masalah keuntungan, kami bagi rata. Jadi, sejauh ini, tidak ada masalah soal itu,” katanya. Raja Risol juga membuka lapangan kerja untuk yang ingin menjadi reseller. “Kami menyebut mereka Prajurit Risol,” imbuhnya.

Dengan tagline “Rasakan Sensasi Kekuasaan Raja”, Azhar dan kawan-kawannya berharap bisa menjadikan hasil karya mereka sebagai salah satu ikon kuliner Medan. Meski, mereka mengakui jika tidak mudah bertahan dalam persaingan bisnis sejenis. Apalagi, di Medan, banyak sekali bermunculan usaha camilan. Untuk risol saja, sudah beragam pengusaha muda yang juga ikut membukanya.

“Kami paham.Tapi, sejauh ini, kami mampu bersaing secara sehat dengan mengedepankan mutu produk. Bagaimana pun, risol kami berbeda dengan yang lain.Terutama,pada kualitas bahan yang kami gunakan, selain dari segi rasa.Sehingga, rasanya tidak cukup kalau cuma menyantap satu potong saja,” pungkasnya.

Check Also

Melon Eksotik Berharga Fantastik

Melon Sakata Selama ini, kita hanya mengenal dan mengonsumsi melon berdaging buah putih. Padahal, ada …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *