Home / Frontline / Dari Sekadar Iseng, Akhirnya Bisa Membayar Sendiri Uang Kuliah

Dari Sekadar Iseng, Akhirnya Bisa Membayar Sendiri Uang Kuliah

Crooz Boy Paper Toys

(Lambang Satriyo Utomo)

Iseng-iseng berhadiah. Dari sekadar iseng memanfaatkan tumpukan buku pelajaran yang sudah tidak terpakai, menjadi mainan dari kertas, Lambang pun mampu membangun usaha paper toys. Imbasnya, ia mampu membayar sendiri uang kuliahnya dan membantu keuangan orang tuanya

[su_pullquote align=”right”]Paper toys yang tidak laku, tidak dibuang, tapi dilebur kembali untuk dibuat paper toys lainnya. Sehingga, kebersihan lingkungan tetap terjaga[/su_pullquote]

e-preneur.co. Bagi sebagian orang, kertas-kertas tidak terpakai yang ditumpuk begitu saja akan membuat rumah semakin sempit dan tidak rapi. Untuk mengatasinya, biasanya limbah kertas itu dijual ke tukang sayur, penjual barang bekas, atau ditukar dengan piring dan gelas.

Namun, Lambang Satriyo Utomo tidak melakukan itu. Di tangan kelahiran Mei 1993 ini, kertas-kertas bekas tersebut diolahnya menjadi benda-benda bermanfaat yang bernilai jual tinggi.

“Sayang, lihat banyak buku yang dibuang. Kalau bisa bermanfaat dan menghasilkan, kenapa nggak?” tutur (saat wawancara ini dilakukan) mahasiswa semester II jurusan teknik komputer sebuah perguruan tinggi swasta, di kawasan Pondok Gede, Bekasi, ini.

DSC_0041Jadi, sebenarnya, hobi membuat mainan dari kertas yang istilah kerennya paper toys ini tidak disengaja. Saat baru lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (tahun 2011), Lambang melihat banyak buku pelajaran yang sudah tidak terpakai. Lalu, anak kedua dari tiga bersaudara ini memanfaatkannya untuk dibuatpaper toys.

Dilihat dari bentuknya, bisa dibilang, paper toysyang ia buat tidak biasa alias unik. Karena, berbentuk mural.Sekadar informasi, seni muraladalah cara menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok, atau permukaan luas yang bersifat permanen lainnya. Sementara, obyek mural berupa gambar-gambar yang tidak memiliki pesan tersurat.

Mainan-mainan kertas yang berbentuk monster aneh atau perpaduan binatang itu, kebanyakan ia buat sendiri. Tapi, adakalanya ia contek dari kartun-kartun animasi. “Dari imajinasi saja sih. Ada juga dari film animasi, lalu dimodifikasi,”ujarnya. Adakalanya, juga atas keinginan pembeli. Meski, jumlahnya tidak banyak.

Sedangkan untuk proses pembuatannya, Lambang lebih sering membentuk langsung dengan tangannya. Meski, ada beberapa bentuk yang memerlukan cetakan sederhana. “Yang bentuknya simetris membutuhkan cetakan. Cetakannya dari botol atau kotak sabun,” ungkap Lambang, yang selain membuat paper toys, juga pernah membuat jam dinding, tempat pensil, dan tempat buku dari kertas yang telah dilebur.

Membuat paper toys, diakuinya, susah-susah gampang. Dikatakan begitu, karena bahan dasarnya hanya kertas dan untuk mewarnainya bisa menggunakan cat tembok, cat air, atau pasta warna (untuk warna-warna tertentu). Tapi, saat proses pengeringan setelah mainan selesai dibuat, kesulitan pun mulai muncul. Terlebih, jika ukuran mainannya agak besar.

Penggemar paper toys berbentuk mural ini kebanyakan anak muda, mulai dari anak-anak SMA sampai anak kuliahan. “Mereka yang membeli, kebanyakan yang mengerti seni,” kata Lambang, yang memasarkan paper toys-nya melalui jejaring sosial dan dari situlah ia mendapatkan pesanan, di samping mempromosikannya dari mulut ke mulut.

45646 (24)Mengenai harga, mainan yang berukuran kecil dijual Rp15 ribu–Rp20 ribu, sementara modal pembuatannya hanya Rp10 ribu. Sedangkan untuk yang berbentuk agak rumit dan berukuran besar, dibanderol dengan harga Rp40 ribu–Rp50 ribu, sementara modal pembuatannya Rp25 ribu–Rp30 ribu. “Saya nggak mengambil untung banyak. Yang penting, lancar dan makin banyak yang terjual,” imbuh laki-laki, yang hobi menggambar ini.

Penjualan paper toysmemang bersifat tidak tetap. Kadang dalam satu bulan, Lambang bisa kebanjiran pesanan. Tapi, di bulan yang lain, ia tidak mendapat orderan sama sekali.

Nah, jika paper toys yang dibuat tidak laku, ia tidak akan membuangnya begitu saja. Tapi, meleburnya kembali untuk dibuat paper toys yang lain. Dengan begitu, ia turut menjaga kebersihan lingkungan.

Kini, dari sekedar hobi, Lambang bisa menghasilkan uang dari menjual mainan ini. “Ya, lumayanlah untuk menambah ongkos kuliah dan bantu orang tua,” kata Lambang, yang menamai “usahanya” Crooz Boy Paper Toys, saat ditemui di rumahnya di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur.

Ke depannya, ia ingin mempunyai outlet sendiri untuk memasarkan paper toys-nya. “Impian saya ingin mempunyai kios sendiri, kecil-kecilanlah,” pungkas anak dari pasangan Ernawati dan Muhasim, yang kini juga mempunyai usaha kaos yang diberinya merek Black and White Artistic. Kaos-kaosnya juga memiliki desain yang terbilang jarang ditemui.

Check Also

Melon Eksotik Berharga Fantastik

Melon Sakata Selama ini, kita hanya mengenal dan mengonsumsi melon berdaging buah putih. Padahal, ada …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *