Primagama
Banyak cara menjadi business owner. Salah satunya, mengambil bisnis yang sudah memiliki goodwill, track record, dan sistem yang baik. Misalnya, dengan bergabung dalam kenyamanan usaha jasa pendidikan seperti Primagama, yang sampai sekarang masih diakui sebagai bimbel terdepan dan terbesar
e-preneur.co. Perlahan tapi pasti, masyarakat mulai menyadari bila “bisnis” jasa pendidikan jauh lebih menghasilkan daripada bisnis minyak. Karena itu, masyarakat menyambutnya dengan antusias, ketika Primagama memfranchisekan jaringan bisnis bimbingan belajar (bimbel) yang berkantor pusat di Yogyakarta ini.
“Sumber sektor pendidikan terdapat di setiap rumah, sedangkan sektor minyak hanya di tempat-tempat tertentu. Selain itu, omset yang dapat diraih dari bisnis jasa pendidikan semacam ini sungguh sangat mengagumkan,” kata Mohammad J. Prasetya, Deputy General Manager Primagama.
Dari segi investasi pun tidak mahal. Di samping membeli franchise fee sebesar Rp150 juta, calon franchisee juga cukup menyediakan ruangan berisi enam kelas (masing-masing berukuran 20 m²) yang dilengkapi AC dan kursi, serta membayar royalty fee sekitar 10% dari penghasilan kotor per bulan. Selanjutnya, franchisee akan mendapat merek, sistem, dan manajemen dari Primagama.
Omset yang dapat diraih dari bisnis bimbel sungguh sangat mengagumkan
“Franchise fee ini kami tetapkan karena merek kami sudah berskala nasional, lebih lama beroperasi dibandingkan lembaga-lembaga bimbel yang lain, dan jumlah outlet kami yang jauh lebih banyak daripada yang lain,” ujarnya.
Setelah lisensi dipegang franchisee, Primagama tidak pula melepaskan tanggung jawabnya begitu saja. “Sebab, kami melihat ada yang tumbuh sesuai harapan, melampaui harapan, atau di bawah harapan,” ungkapnya. Hal itu terjadi karena banyak sebab, misalnya franchisee ingin mendapat banyak pemasukan dengan mengeluarkan energi sesedikit mungkin atau franchisor salah memilih lokasi.
Untuk mengatasinya, Primagama akan mengizinkan bila franchisee ingin melakukan pemindahan lokasi atau membantu mencarikan investor baru, jika franchisee ingin menjual lisensinya. “Tapi, semua ini harus dilakukan sepengetahuan franchisor,” ucapnya.
Merunut ke belakang, Primagama berdiri pada tahun 1982. Lalu, pada tahun 1996, Primagama mendapat penghargaan dari MURI (Museum Rekor Indonesia), sebagai bimbel yang memiliki outlet terbanyak yaitu 146 outlet. “Karena, dalam setahun, Primagama dapat membuka 40 outlet. Pertumbuhan yang sangat luar biasa, bukan?” katanya.
Di satu sisi, Primagama merasa sangat tersanjung dengan penghargaan tersebut. Di sisi lain, Primagama tidak dapat menghindar dari dampak krisis moneter yang muncul pada tahun 1997. Buktinya, dalam setahun hanya mampu membangun kurang dari 10 outlet, meski jumlah peminat bimbel makin meningkat.
“Energi kami untuk membangun outlet sebanyak tahun-tahun sebelumnya sudah tidak ada lagi,” ujarnya. Sekadar informasi, hingga tahun 2000, Primagama tercatat memiliki 157 outlet.
Saat itulah, terpikir untuk mewaralabakan Primagama. Dengan menjalin kerja sama dengan investor, pada tahun 2001, Primagama difranchisekan dengan pola per wilayah diubah menjadi per outlet. Dengan sistem ini, jumlah cabang meningkat menjadi 260outlet, 320 outlet (tahun 2003), 450 outlet (tahun 2005), 638 outlet (tahun 2007)hingga dibentuklahmaster franchise.
Lalu, pada tahun 2009, meningkat menjadi 723outlet.Dan, tahun 2010 meningkat menjadi 756outlet yang tersebar di seluruh Indonesia. Selanjutnya, pada tahun 2015, Primagama memiliki manajemen baru bernama PTPrima Edu Pendamping Belajar dan memperkecil jumlah cabangnya menjadi 587outlet.