Penangkaran Kucing Persia
Pada mulanya, cuma binatang peliharaan. Dalam perkembangannya, kucing, dalam hal ini kucing ras, jika ditangkarkan atau dibisniskan akan mendatangkan omset puluhan juta rupiah per ekor bagi pemiliknya. Dan, itu sudah dibuktikan oleh Reza melalui Kesehatan Cattery−House of Persian Cats
e-preneur.co. Kucing (Latin: felis silvestris catus, red.) adalah karnivora kecil dari keluarga felidae, yang sudah dijinakkan manusia ribuan tahun lalu. Selanjutnya, berasosiasi dengan kehidupan masyarakat Mesir sekitar 3.500 tahun lampau.
Kala itu, mereka menggunakan kucing untuk mengusir tikus, yang menggangu hasil panen mereka (sumber lain menyatakan bahwa mereka mulai “memanfaatkan” kucing pada 4.000 SM, sedangkan sebuah makam di Shillourokambos, Siprus, mencatat hubungan antara manusia dengan kucing telah terjalin 7.500 SM, red.).
Bila garis keturunannya dicatat secara resmi, binatang kesayangan Nabi Muhammad SAW ini disebut sebagai kucing ras atau keturunan. Seperti, Kucing Persia, Siam, Manx, dan Sphinx. Biasanya, mereka dibiakkan di tempat pemeliharaan hewan resmi. Sebagai informasi, jumlah kucing keturunan hanya 1% dari seluruh kucing di dunia.
Penangkaran kucing ras, ketika dibisniskan, ternyata membawa keuntungan yang sangat besar kepada pemiliknya. Hal ini, telah dibuktikan pasangan suami istri Reza dan Tuty yang menangkar Kucing Persia sejak tahun 2000.
“Awalnya, memang banyak yang lahir, tapi lebih banyak lagi yang mati. Tapi, dalam perkembangannya, saya kewalahan dan merasa perlu mengundurkan diri dari pekerjaan saya, agar dapat lebih konsentrasi ke bisnis ini,” kata Reza.
Reza memulai bisnisnya di kawasan Jalan Kesehatan, Jakarta Pusat, tempat mertuanya bermukim. Pada tahun 2001, bisnis yang diberi nama Kesehatan Cattery-House of Persian Cats ini berkembang pesat. Sehingga, ia memindahkannya ke kawasan Ulujami, Jakarta Selatan, rumah pribadinya.
Untuk menangkar Kucing Persia, Reza bertutur, sebenarnya tidak perlu tempat khusus. Setiap ruangan di dalam rumah kita, dapat digunakan untuk mengembangbiakkan makhluk manis ini.
Tapi, dalam perjalanannya, dengan meniru seniornya, Reza membangun satu unit paviliun (untuk “beternak” kucing) seluas 70 m², yang terdiri dari tiga kamar berukuran 3 m² x 4 m² dan satu kamar berukuran 4 m² x 4 m². “Kamar-kamar tersebut, berfungsi untuk ‘menyimpan’ para pejantan, para indukan, anak-anak kucing, dan ruang perawatan atau karantina bila kucing-kucing tersebut sakit,” jelasnya.
Bisnis penangkaran kucing ras tidak membutuhkan tempat, modal, dan pengetahuan khusus
Dalam bisnis ini, juga tidak diperlukan modal khusus. “Kan ini cuma hobi yang dibisniskan. Jadi, duitnya ya seadanya saja,” ucap pria, yang diawal bisnisnya hampir setiap minggu berkunjung ke Bandung untuk membeli anak kucing, yang pada umumnya dijual saat berumur dua bulan. Selanjutnya, dia juga mengimpor dari Rusia dan Amerika.
Sekadar informasi, pada umumnya, anak kucing disapih induknya pada umur dua bulan. Karena itu, banyak peternak kucing menjualnya pada umur itu. “Tapi, saya tidak melakukannya. Saya menjual mereka pada umur lebih dari tiga bulan,” ujar Reza, yang saat itu telah menjual lebih dari 100 ekor Kucing Persia.
Sebab, ia melanjutkan, meski sudah disapih, pada umur itu mereka masih sangat kecil dan sedang belajar mandiri. Kalau mendadak dipindahkan ke tempat lain, pasti mereka akan mengeong terus menerus, tanda bahwa mereka merana. Sehingga, kemungkinan mati sangat besar. Berbeda, bila mereka sudah berumur tiga bulan atau lebih. “Meski, sebenarnya dipindahkan ke mana pun, pada awalnya mereka akan merasa stress, tapi itu cuma sebentar,” imbuhnya.
Di samping itu, juga tidak diperlukan pengetahuan khusus dalam berbisnis hewan, yang dikenal paling bersih di dunia (dapat dilihat dari cara mereka buang air atau “memandikan” diri mereka sendiri, red.) ini. Reza cukup belajar dari para pendahulunya. Misalnya, tentang bagaimana menyediakan tempat kotoran, menjaga keindahan bulu-bulu, kebersihan mata, telinga, dan tubuh, serta kesehatan tubuh mereka.
Kucing Persia mempunyai muka yang paling berbeda dibandingkan dengan kucing-kucing lain. Seperti, kucing Anggora, Siam, atau Norway yang cenderung mirip kucing kampung.
Kucing jenis ini terbagi menjadi, pertama, Persia yang ditandai dengan warna bulu hitam putih. Kedua, Himalayan yang ditandai dengan bulu dasar putih dan mata biru. Ketiga, Exotic yang ditandai oleh bulunya yang pendek. Keempat, Chinchilla yang ditengarai oleh hidung yang sangat pesek, mata hijau, dan “eye liner” di matanya. “Dari keempat tipe itu, Exotic yang paling mahal,” ungkapnya.
Sementara dari sisi kualitas terbagi menjadi, pertama, pet quality atau apkiran (kualitas terendah untuk Kucing Persia, red.) di mana kucing ini hanya sebagai binatang peliharaan (Inggris: pet, red.), belum memenuhi kriteria untuk mengikuti show. Saat ini, harga jualnya ditaksir Rp3 juta−8 juta. Kedua, breed qualitydi mana pada kategori ini layak breeding, tapi tetap belum memenuhi kriteria untuk mengikuti kontes. Kucing dengan kategori ini, dijual dengan harga pasaran Rp8 juta–Rp15 juta.
Ketiga, show quality di mana kucing sudah memenuhi syarat untuk mengikuti show, tapi masih jarang yang menang. Harga jualnya sekitar Rp15 juta−Rp25 juta. Keempat, top show quality di mana kucing sudah berpotensi memenangkan show dan biasanya memang menang. Harga pasarannya Rp25 juta−Rp40 juta.
“Selain bentuk hidung, bentuk mata (bulat seperti koin, misalnya), letak mata (yang sejajar dengan hidung), jarak antartelinga, dan pola warna bulu juga menjadi pertimbangan mahal murahnya binatang yang dapat melahirkan 11 cemeng (Jawa: anak kucing, red.) sekali beranak ini,” jelasnya.
Berbicara tentang prospek bisnis Kucing Persia di Indonesia yang didominasi penduduk beragama Islam, Reza melanjutkan, sejauh ini masih sangat bagus. “Masa’ sih dari sekian juta penduduk Indonesia nggak ada 10 atau 20 orang yang suka kucing dan membelinya setiap tahun,” kata Reza, yang telah “menyebarkan” kucing-kucingnya ke seluruh Pulau Jawa, Aceh, Medan, dan Banjarmasin. “Sasaran saya berikutnya adalah negara-negara ASEAN,” pungkas pemilik sekitar 20 (lima di antaranya jantan) Kucing Persia ini.