Bebek Bakar Kendil
Ayam atau bebek yang dibakar di atas bara arang itu biasa. Tapi, tidak dengan ayam atau bebek yang dibakar di dalam kendil. Ingin mengetahuinya lebih jauh? Silahkan datang ke Bebek Bakar Kendil
e-preneur.co. Anda tentu sudah pernah menyantap ayam atau bebek bakar. Dan, Anda pasti juga sudah mengetahui bila makanan nan lezat ini dibakar langsung di atas bara arang.
Tapi, pernahkah Anda menyantap ayam atau bebek bakar yang “dibakar” di dalam kendil? Kalau belum, Anda dapat datang ke Bebek Bakar Kendil yang berlokasi di Jalan Kusumawardani, Semarang.
Tempat makan ini mengusung konsep memasak ala (Kerajaan) Mataram. Dalam arti, menggunakan piranti masak yang terbuat dari tanah liat atau kendil. Sementara untuk resepnya, menggunakan topping atau bumbu oles. Maksudnya, setelah dibakar di dalam kendil, di bagian atas ayam atau bebek itu diolesi bumbu lagi.
Di sini, tersedia empat topping yaitu manis−manis, manis−asam−pedas, pedas−pedas, dan penyetan (dipenyet dengan sambal mentah, red.). Dengan demikian, di tempat yang beratapkan alang-alang ini, kita akan menjumpai perpaduan dua konsep yaitu tradisional Jawa dan moderen.
Selain itu, rumah makan yang dibangun pada tahun 2007 ini, menggunakan bebek jantan lokal berumur tiga bulan. Hal ini, tentu saja, membedakannya dengan tempat makan lain yang juga menyajikan menu bebek, yang biasanya menggunakan bebek apkiran (bebek betina yang sudah tidak dapat bertelur, red.). Mengingat, meski bebek apkiran berukuran lebih besar, tapi karena umurnya lebih tua, maka membutuhkan proses memasak yang lebih lama agar tidak alot.
“Awalnya, saya dan istri hanya ingin membuka usaha kuliner dengan alternatif makanan tradisional, yang berbeda daripada biasanya. Karena kami bermukim di sekitar Yogyakarta dan Semarang, maka pilihan kami jatuh pada makanan tradisional Jawa. Sementara makanannya: ayam bakar! Sehingga, kami menamai usaha ini Ayam Bakar Kendil,” tutur Budi Setianjaya, kreator sekaligus pemilik Bebek Bakar Kendil.
Rasanya unik, sebagai imbas bersentuhan dengan tanah liat
Setelah 1,5 tahun usaha berjalan, muncul permintaan menu baru dari konsumen. “Lalu, kami menambahinya dengan bebek. Ternyata, kehadiran menu baru ini memperoleh sambutan yang jauh lebih baik. Di satu sisi, karena konsumen kami yang berasal dari etnis Cina lebih menyukai bebek. Di sisi lain, jika bebek dimasak dengan cara yang benar, taste-nya lebih gurih. Sebab, secara alamiah hewan ini sudah mengandung minyak,” imbuhnya.
Untuk kendilnya, ia melanjutkan, diambil dari Yogyakarta, Klaten, dan Bantul. Hal ini dilakukan, karena sebagian besar masakan Jawa, terutama Yogyakarta, masih diolah dengan menggunakan sisa-sisa cara memasak ala (Kerajaan) Mataram atau menggunakan kendil. Seperti, Gudeg Kendil yang sudah sangat dikenal itu.
Dengan demikian, kendil di sini bukan hanya berfungsi untuk membakar ayam dan bebek, melainkan juga untuk memasak bumbu topping-nya dan mem-bacem ayam dan bebeknya.
“Pada mulanya, kami membakar ayam dan bebek ini langsung di atas bara arang. Tapi, setelah usaha ini berjalan setahun, kami melakukan inovasi dengan membakarnya di dalam kendil yang diletakkan di atas bara arang,” ucap sarjana teknik sipil dari Universitas Diponegoro, Semarang, ini.
Ternyata, ia menambahkan, hasil pembakarannya lebih baik yaitu matang hingga ke dalam daging, tapi tidak gosong. Sedangkan dari segi rasa, ada sensasi rasa unik sebagai imbas bersentuhan dengan tanah liat. Dari segi kesehatan, keberadaan kendil menghindarkan makanan dari karsinogenik (kandungan arang yang memicu berkembangnya sel-sel kanker, red.).
Bebek Bakar Kendil yang dibuka dari jam 17.00 sampai jam 02.00 juga memiliki menu lain yaitu bistik Yogya. Bistik yang dimasak dan disajikan dalam wajan kecil yang juga terbuat dari tanah liat (sehingga terkesan seperti hot plate) ini, memiliki tiga varian yaitu bistik lidah, bistik bebek bakar, dan bistik ayam bakar. Sementara untuk minumannya, selain aneka jus, juga tersedia bandrek, bandrek kopi, dan bajigur.
Ke depannya, kelahiran Cimahi ini ingin membawa Bebek Kendil ke berbagai pusat perbelanjaan di mancanegara, seperti di Malaysia atau Singapura dengan sistem franchise yang simple. “Sebab, di sini saya sudah memiliki pelanggan dari kedua negara jiran itu. Di samping itu, di sana juga banyak dijumpai warga keturunan Jawa,” ujar. Budi, yang pernah membuka Bebek Bakar Kendil di Kemang Food Festival, Jakarta, dengan nama Bebek Kendil Café.