Yanti Melianty Isa (Magfood)
Adakalanya, protes anak-anak akan kesibukan Ibu mereka dalam “mengejar” karir justru melahirkan fase karir baru. Setidaknya, itulah yang terjadi pada Yanti.Dan, kini, Magfood pun telah berkembang dengan tiga unit usaha dan akan berkembang lagi
e-preneur.co. Bekerja pada perusahaan multinasional, menempati posisi mentereng, dan memperoleh gaji lebih daripada cukup, bukan jaminan orang tersebut akan merasa nyaman. Apalagi, jika jiwa nasionalismenya terusik melihat perusahaan-perusahaan tempatnya bekerja, boleh dikata, tidak memberikan sumbangan apa pun bagi negaranya, yang juga negara tempat perusahaan-perusahaan itu berdiri dan mengembangkan usaha mereka. Dan, itulah yang secara perlahan dirasakan Yanti Melianty Isa.
“Di mata perusahaan asing, Indonesia hanyalah pasar atau penonton. Jadi, kalau saya tidak berbuat apa-apa, itu artinya saya ikut berkontribusi terhadap hal yang tidak baik untuk negara ini,” tutur Yanti, tanpa bermaksud tidak berterima kasih terhadap perusahaan-perusahaan asing tempatnya bekerja.
Tahun 2001, dengan modal awal Rp17 juta—yang digunakan untuk menyewa sebuah paviliun yang kemudian difungsikan untuk laboratorium dan produksi yang notabene tidak dapat dilakukan di rumah karena harus terisolasi, selain untuk membeli mesin produksi— perempuan yang telah bekerja selama 20 tahun di beberapa industri makanan ini pun mendirikan PT Magfood Inovasi Pangan (Inovasi Pangan).
Inovasi Pangan merupakan sebuah perusahaan yang membuat bumbu (seasoning) untuk industri makanan dan minuman. Bumbu-bumbu ini dibuat sesuai dengan pesanan. Sementara industri yang menjadi sasarannya yaituindustri kecil dan mikro. Kini, Inovasi Pangan telah memiliki 500–600 klien yang tersebar di seluruh Indonesia dan beberapa negara Asia.
“Saat mendirikan Inovasi Pangan, ruang tamu rumah saya digunakan untuk kantor,sementara garasi untuk ruang training, meeting, dan sebagainya. Untuk peralatannya, menggunakan komputer di rumah. Sementara untuk transportasi, menggunakan motor dan mobil yang juga ada di rumah,” kisahnya.
Mengingat business development harus ada role model-nya,tahun 2003, YantimendirikanPT Magfood Amazy International, franchisor MagfoodRed Crispy, yang memasarkan produknya dengan menggunakan gerobak dan ditujukan untuk orang-orang yang mau memulai usaha. Sampai tahun 2007, PT Magfood Amazy Internationaltelah membukukan 270 outlet.
Tahun 2007, PT Magfood Amazy International berubah menjadi Magfood Amazy (Amazy), franchisor restoran keluarga. Amazy menyasar mereka yang ingin membangun usaha restoran, dengan syarat sudah mempunyai bisnis lain atau sudah memiliki management skill. Saat ini, Amazy sudah mempunyai 135 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, jumlah karyawan Inovasi Pangan dan Amazy membengkak. Situasinya pun menjadi kompleks. “Saya mulai merasa harus konsentrasi di sini, karena mulai agak repot. Lantaran, ada problem SDM (Sumber Daya Manusia), kompetisi semakin ketat, dan sebagainya. Di sisi lain, saya ingin naik kelas, saya ingin menjadikan Magfood sebuah perusahaan besar. Untuk itu, saya harus resign,” ujar Yanti, yang akhirnya resign sekitar tahun 2011.
Secara pribadi, pada awal membangun bisnis, anaknya baru berumur 3,5 tahun. Waktu itu, sang anak nurut saja ke mana sang Ibu mengajaknya. Termasuk, ketika sang Ibu mengajak mereka bertemu klien pada hari Sabtu, meski sang Ibu sudah menetapkan bahwa Sabtu dan Minggu sebagai hari keluarga. Bahkan, mereka juga asyik bermain sendiri, jika sang Ibu menggabungkan liburan keluarga dengan kunjungan ke outlet.
Namun, kondisi berbeda harus dihadapi oleh Ibu dua anak ini ketika buah hatinya tumbuh menjadi remaja. Mereka tidak mau lagi diajak meeting, mulai banyak protes. “Karena kegiatan semakin padat, bisnis semakin membutuhkan, dan anak-anak mulai tumbuh menjadi ABG (Anak Baru Gede), akhirnya saya putuskan fokus ke bisnis. Selain itu, saya melihat peluang dan masa depan saya jauh lebih baik di bisnis ini ketimbang tetap bekerja di perusahaan asing. Lebih dari itu, keluarga mendukung, termasuk suami,” lanjutnya.
Tahun 2013, Master of Business and Administration of Technology dari Institut Teknologi Bandung ini mendirikan Magfood: Food and Beverage Industries (Food and Beverage Industries), sebuah pusat pengembangan produk dan usaha, yang ke depannya akan melayani usaha dari kecil sampai besar.
“Sepanjang tahun 2001–2013, saya merasa usaha saya grow.Tapi, tidak berarti tidak ada kendala. Meski begitu, kami tetap mempunyai target. Misalnya, Inovasi Pangan ingin menambah konsumen baru, terutama dari kelas menengah, di samping membuat produk-produk yang lebih kreatif dan customized. Untuk Amazy,membukukan 500 outlet hingga tahun 2019 dengan SDM yang berkualitas per outlet.Di luar itu, kami akan membuat toko snack,” pungkasnya.